Bagaimana
dengan Paskah dewasa ini? Bukankah hari raya Paskah agak dianaktirikan oleh
kita ? Dibandingkan dengan perayaan Natal, maka perayaan Paskah sering kali
sepi-sepi saja. Mengapa ? Karena banyak orang tidak memahami kekayaan dan
kedalaman Paskah bagi hidup manusia. Pada hal peristiwa Paskah adalah sumber
dan titik tolak iman Kristen. Seluruh kitab Injil dan seluruh kitab Perjanjian
Baru ditulis karena adanya peristiwa Paskah.
Paskah adalah dasar dan pusat iman Kristen.
Rasul Paulus berkata, ”Andaikata Kristus
tidak dibangkitkan, maka sia-sialah segala pemberitaan kami dan sia-sialah juga
kepercayaan kamu.” Seluruh hidup dan pekerjaan Tuhan Yesus selama 33 tahun itu,
hanya dapat kita mengerti kalau kita memahami makna peristiwa Paskah.
Begitu
sentralnya peranan Paskah dalam kehidupan Kristen, sehingga dapat dikatakan
bahwa sebenarnya setiap hari Minggu adalah hari perayaan Paskah. Kalau
peristiwa Paskah tidak terjadi, apa gunanya kita berdoa, sebab Kristus yang
sudah meninggal dunia tidak mungkin mendengar doa kita. Kalau Kristus tidak
dibangkitkan, Ia hanyalah pahlawan yang sudah gugur.
Sehebat-hebatnya pemikiran
yang ditinggalkan seorang pahlawan, ia tohtidak bisa memimpin kita di masa kini. Padahal yang kita
butuhkan adalah Juruselamat dan pemimpin hidup untuk masa kini.
Kenyataannya adalah: Kristus bangkit dan
hidup! Ia hidup hingga kini. Ia memerintah kita dengan Roh dan Firman-Nya. Itu
berarti, dengan peristiwa Paskah, kita menerima kepastian pengampunan dosa,
kepastian iman dan kepastian hidup. Bukankah itu menggembirakan? Kata Paulus,
”Syukur kepada Allah, yang memberikan kepada kita kemenangan oleh Kristus,
Tuhan kita,” dalam 1 Kor 15:57.
Oleh karena itu, bukankah sepatutnya kita
saling menyatakan perasaan gembira pada hari Paskah ? Dengan mengucapkan:Selamat
Paskah! Gereja –gereja
Ortodoks yang banyak terdapat di Rusia, Yunani dan Negara-negara Eropa Timur,
mempunyai kebiasaan menyatakan kegembiraan itu dengan salam Paskah yang khas.
Mereka mengucapkan,”Kristus Tuhan.
Kristus sudah bangkit!” Lalu orang yang
menerima salam itupun menjawab,”Benar, Ia sudah bangkit!” Bukankah salam
itu mengandung inti yang paling pokok dari iman kita ?
Paskah (Ibrani : Pesakh; Yunani: to paskha), pasca, artinya
sudah lewat, sudah lalu, sudah terlampaui. Paskah menjadi hari raya agama yang
terbesar dan terpenting bagi orang Yahudi. Paskah memperingati keluarnya bangsa
Israel dari Mesir; lolosnya umat Israel dari maut.
Paskah selalu
diperingati dengan memakan gulai pahit dan roti yang tidak beragi. Gulai pahit
melambangkan pengalaman pahit pahit dari masa silam. Jangan sampai hal itu
terulang. Roti yang tidak beragi mengingatkan orang Isarel bahwa keberangkatan
mereka dari Mesir tanpa diduga-duga, tanpa mereka bersiap (bahkan tak sempat
menunggu sampai adonan roti mereka mengembang!) Hal ini juga mengingatkan
mereka bahwa semua itu terlampaui, terlewati, terlalui, semata-mata karena
intervensi ilahi.
Paskah! Bangsa Israel diingatkan, mereka
bisa menjadi seperti yang sekarang ini adalah karena Paskah. Bayangkan
sekiranya tidak ada Paskah! Pertanyaannya mungkin bukanlah ”Di manakah mereka ?”
tetapi, ”Masih adakah mereka ?” Paskah bersangkut paut erat dengan eksisitensi
mereka: eksis atau tidak eksis,to be or not to be.
Dan adalah campur tangan Tuhan yang
memungkinkan mereka melewati/melampaui/keluar dari Mesir dan maut. Bayangkan
mereka melewati Laut Merah bila tanpa intervensi Allah ! ...
Menurut Paulus, bagi orang Kristen, Paskah
juga amat-bahkan, paling-sentral! Sentral bagi Yesus dan sentral bagi kita.
Pertama, Yesus sudah melalui/mengatasi maut. Saya bayangkan hari yang paling
menegangkan adalah “Sabtu Diam”.
Diam, lengang, sunyi, sama seperti dua jagoan
yang berdiam, sebelum menarik pistol mereka. Seolah-olah tidak ada apa-apa, padahal
itulah saat yang paling menentukan. Kedua, kita sudah melampaui/dibawa keluar
dari keadaan perbudakan kita yang lama, kepada keadaan/status kehidupan yang
baru. Bandingkan 1 Petrus 2:9-10 : dari kegelapan ke terang-Nya yang ajaib,
dari bukan umat menjadi umat(=ami), dari tidak dikasihani menjadi dikasihani (=ruhama).
Alkitab hendak mengatakan: Yesus
benar-benar bangkit (1 Kor.15:4-8)
Haleluya! Dan ini bagaimana mungkin
terjadi? Karena Yesus bangkit! Andai kata tidak?, maka sia-sialah kekristenan
kita (1 Kor.15:4).. Tetapi bukan peristiwanya itu yang penting! Yang penting
adalah kuasa-Nya. Yang penting bukanlah memperingati sebuah peristiwa,melainkan
mengalami sebuah kuasa.
Kuasa apa ? Kuasa kemenangan! Apa artinya ? Pertama,
mengalami hidup yang berkemenangan ! Menyadari dan menghayati, bahwa “kita lebih
dari pada orang-orang yang menang.” We are the winners! (Rm.8:37). Mesti kuat bagai
baja, teguh bagai batu karang, tidak lembek seperti bubur! Hai orang Kristen
jangan: congkak, angkuh, sombong! Tetapi juga jangan minder, atau tiarap terus!
Kedua, Paskah berarti: yang lama sudah berlalu, yang baru sudah terbit. Kita
adalah putra-putri zaman baru! Jangan mau diikat dan terbelenggu oleh kenyataan
masa kini.
Semua yang ada sekarang ini (betapapun kokoh kelihatannya) sedang
berlalu. Semua ini passing
away! Kita, putra-putri Paskah, harus passing over! Jangan peduli dengan soal
tetek-bengek. Songsong era baru, kemungkinan baru! Paradigma baru!
(3)Paskah berarti: yang tidak mungkin,
ternyata mungkin.
Yang impossible ternyata possible. Making possibilities out
of the impossibilities. Hal
ini sangat relevan sekali untuk masa krisis di mana kita hidup sekarang ini,
bukan? Ketika semua upaya manusia mentok, kita justru tenang. Sebab kita hanya
punya satu kemungkinan bergantung kepada Tuhan. Tuhan yang telah bangkit dari
kematian!
Kebangkitan Yesus kita rayakan setiap
Minggu.
Dari perayaan kebangkitan Yesus inilah asal
usul gereja berbakti pada hari Minggu. Gereja yang mula-mula pun berbakti pada
hari Sabtu, meneruskan kelaziman itu. Tetapi kemudian Gereja mengalihkan
kebaktiannya dari hari Sabtu ke hari Minggu dan ini tidak terlalu lama setelah
kebangkitan Yesus. Di Kis. 20:7 kita membaca: ”Pada hari pertama dalam minggu
itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti…” Dan di I Kor.
16:2 Paulus menulis: ”Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu…”
Perubahan kebaktian dari hari Sabtu ke hari Minggu merupakan suatu keputusan
yang drastis, mengingat bahwa Gereja pada waktu itu kebanyakan terdiri dari orang-orang
Yahudi, yang memegang terus tradisi Sabat. Tentu ada alasan yang sangat
kuat untuk mengubah hari kebangkitan Yesus sebagai peristiwa yang besar,
sehingga mereka ingin merayakannya setiap minggu.
Dan karena Yesus dibangkitkan
pada hari Minggu, mereka pun bersedia mengalihkan hari kebaktian menjadi hari
Minggu. Sebutan “Hari Minggu” dalam bahasa kita sebenarnya juga berarti “Hari
Tuhan”, sebab kata Mingguberasal
dari kata Portugis Dominggo yang berarti hari Tuhan. Pada tahun
321, Kaisar Contantinus dengan undang-undang menetapkan hari Minggu sebagai
hari libur di seluruh wilayah kekaisarannya. Dari ketetapan itu, yang kemudian
menjadi universal, kini dunia mengenal hari Minggu sebagai hari libur.
Kenapa hari perayaan Paskah berubah setiap
tahun ? ...
Berbeda
dengan Natal. Paskah tidak mempunyai tanggal yang tetap. Yang lebih sulit lagi,
bulannya pun tidak tetap. Kadang-kadang Paskah jatuh pada bulan Maret dan
kadang-kadang pada bulan April.
Mengapa begitu ? Pada abad kedua, mulai ada
jemaat-jemaat Kristen yang mengkhususkan hari Minggu tertentu untuk dirayakan
sebagai hari Paskah setahun sekali. Jemaat Kristen yang asal Yahudi berpendapat
bahwa Paskah sebaiknya dirayakan sebagai pengganti Paskah Yahudi. Jadi
tanggalnya adalah hari ke-empat belas dalam bulan Nisan, yaitu bulan menurut
kalender Yahudi, tanpa mempersoalkan hari.
Sebaliknya, jemaat-jemaat Kristen
yang berasal dari bangsa-bangsa lain berpendapat bahwa Paskah sebaiknya
dirayakan pada hari Mingu. Tetapi soalnya, hari Minggu yang mana? Pada tahun
325, dalam persidangan gerejawi di Nicea, ditetapkan dengan resmi sebuah
patokan bersama untuk menetapkan hari Paskah. Patokan itu adalah:Paskah
dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama yang jatuh pada atau
sesudah tanggal 21 Maret, yaitu tanggal permulaan musim semi.
Apakah bulan
purnama itu jatuh pada hari Minggu, maka Paskah dirayakan pada hari Minggu
berikutnya. Keputusan tersebut dipegang terus oleh semua Gereja di seluruh
dunia hingga kini. Dengan patokan itu, setiap tahun Paskah jatuh antara tanggal
22 Maret dan 25 April.
Kalau tanggal Paskah sudah kita ketahui, maka dengan
mudah dapat pula kita tetapkan tanggal hari raya Gerejawi lain di sekitar
Paskah, yaitu Jumat Agung (tiga hari sebelum Paskah), Kenaikan Tuhan (empat puluh
hari sesudah Paskah) dan Pentakosta (lima puluh hari sesudah Paskah).
Seluruh
hidup Tuhan Yesus yang 33 tahun hanya dapat dimengerti kalau kita memahami
makna Paskah. tanpa Paskah, tidak akan ada iman Kristen. Begitu pentingnya
Paskah, sehingga sejak zaman lahirnya Gereja. Paskah dirayakan sebagai pusat
perayaan Kristen. Bahkan tiap hari Minggu adalah Paskah. Selamat Paskah!
HKBP
Taman Mini, Pdt..Luhut
P. Hutajulu ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar