Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mempunyai
sejarah yang cukup panjang bila dibandingkan dengan gereja-gereja
Protestan lainnya di Indonesia. Berikut ini sekilas perjalanan GMIT
menurut catatan Ketua BP4S GMIT, Pdt. Yuda D. Hawu Haba, M.Th yang
dikirimkan ke Pos Kupang.
Sejarah GMIT telah dimulai sejak zaman
Portugis (abad XVI) dan zaman VOC (abad XVII-XVIII). GMIT tak
terpisahkan dengan sejarah gereja-gereja di Indonesia pada umumnya.
Wilayah di mana Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dianugerahi hak
hidup bergerak dan berkembang adalah seluas Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) kecuali Pulau Sumba dan Sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB). Termasuk Pulau Sumbawa karena warisan masa lampau yakni bagian
dari keresidenan Timor dan daerah taklukkannya.
Latar belakang
tumbuhnya GMIT berawal dari kedatangan Injil ke Timor setelah
ditemukannya Pulau Timor secara tidak sengaja oleh Antonio de Arbreau
dalam usahanya mencari pulau "rempah-rempah" di Maluku.
Adapun
sejarah pertumbuhan GMIT dapat terlihat dalam babakan berikut ini.
Pertama, permulaan tumbuhnya gereja diawali dengan Portugis, tahun 1556
-1613. Kedua, Gereja Protestan selama Pemerintahan Belanda tahun
1614-1842 yang terbagi atas Masa Oud Hollandse (1614-1819); Masa
Nederlandsche Zendeling Genootschaap (1814-1860); Masa Indische Kerk
(GPI) 1860-1942; Gereja di Timor pada masa pendudukan Jepang tahun
1942-1945; Situasi menjelang pembentukan GMIT dari tahun 1945 -1947 dan
Gereja Masehi Injili di Timor dari tahun 1947 sampai sekarang ini.
Keragaman
sosial-kultural, perbedaan daerah, suku, bahasa, kedudukan sosial dan
lain-lain merupakan pegumulan GMIT sepanjang sejarahnya. Ikatan suku dan
daerah merupakan kesulitan yang terus-menerus dialami dalam mencapai
keesaan di GMIT. Keadaan keterpencilan (baik antar-daerah di NTT maupun
isolasi daerah NTT, dari daerah lain di Indonesia) menghambat
pertumbuhan, koordinasi dan integrasi untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi GMIT.
Meski demikian, hal ini
perlahan-lahan mulai diatasi. Persatuan dan kesatuan yang sangat
diperlukan untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan pencapaian efisiensi
pelayanan gereja di NTT merupakan persoalan bagi GMIT.
Secara
tradisional, konflik antar-etnik yang sudah lama terjadi dapat diatasi
dengan mekanisme solidaritas yang dibangun antar-kelompok yang
bertentangan itu. Mitos Thie Mau, Sabu Mau dan Belu Mau yang
dikembangkan dalam tradisi lisan di tiga kelompok etnik ini adalah salah
satu contoh mekanisme solusi konflik yang sudah lama digunakan untuk
mempertahankan solidaritas antar suku yang bertentangan.
Masuknya
berbagai denominasi lebih menyemarakkan keberagaman aliran Protestan di
wilayah pelayanan GMIT. Meski demikian, harus diakui bahwa belakangan
ini relasi antara GMIT dengan Gereja Katolik dan denominasi lain sudah
jauh lebih baik dan semakin stabil.
Kelambanan Zending Belanda
dan Gereja Protestan di Hindia Belanda dalam membina gereja di Timor ke
arah kedewasaan secara teologis dan spiritual turut memberikan warna
terhadap wawasan eklesiologi yang berkembang di GMIT, di samping
kejiwaan kolonial yang berlangsung cukup lama turut membawa pengaruh
tersendiri terhadap kepemimpinan, struktur, tata gereja dan manajemen
keuangan GMIT.
Setelah melewati perkembangan sejarah yang cukup
panjang (kurang lebih empat abad), maka tanggal 31 Oktober 1947, GMIT
dinyatakan sebagai Gereja yang berdiri sendiri. Terpilih sebagai Ketua
Sinode pertama adalah Ds. E. Durkstra dan Sekretaris Ds. E. Tokoh. Pada
tahun 1948, GMIT menjadi anggota Dewan Gereja-gereja se Dunia (DGD).
Dewan Gereja-gereja di Indonesia (sekarang PGI) terbentuk pada 25 Mei
1950, di mana GMIT merupakan salah satu anggota pendiri.
Pada
saat dibentuk, GMIT terdiri dari enam klasis yakni Klasis
Kupang/Amarasi, dipimpin oleh Pdt. J. Arnoldus; Klasis Camplong/Amfoang,
dipimpin oleh Pdt. Naiola; Klasis SoE (Amanuban, Amanatun, Mollo, Timor
Tengah Utara dan Belu) oleh Pdt. M. Bolla; Klasis Alor/Pantar, dipimpin
pdt. M. Molina; Klasis Rote, dipimpin Pdt. J. Zacharias dan Klasis
Sabu, dipimpin oleh Pdt. M. Radja Haba.
Di samping keenam Klasis
tersebut terdapat tiga jemaat yang berdiri sendiri yaitu Jemaat Kupang,
Jemaat Ende di Pulau Flores dan Jemaat Sumbawa di Pulau Sumbawa. GMIT
pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 170 mata jemaat dan dilayani
oleh 80 orang pendeta (5 orang di antaranya utusan Zending). Anggota
baptisan pada waktu itu sekitar 200.000 jiwa. Pada tahun 1953 jumlah
anggota jemaat GMIT sebanyak 253.501 dan pada tahun 1972 sebanyak
517.779 anggota.
Pada periode 2011-2015, anggota jemaat di GMIT
berjumlah sekitar 1.200.000, yang tersebar dalam 399 Jemaat Mandiri/399
Gereja, 438 Jemaat, 1.625 Mata Jemaat, 44 Klasis dan dilayani oleh
1.000-an orang pendeta (laki-laki 379 orang dan perempuan 615), emiritus
106 orang (laki-laki 93 orang dan perempuan 13 orang), meninggal 38
orang (laki-laki 28 orang dan perempuan 10 orang. (*/ira)
Majelis Sinode GMIT 2015-2019
Ketua: Pdt. Mery Kolimon
Wakil Ketua: Pdt. Agustina Oematan-Litelnoni
Sekretaris: Pdt. Yusuf Nakmofa
Bendahara: Pnt. Mariana Rohi Bire
Anggota
1. Pnt. Liven Rafael
2. Pnt. Fary Francis
3. Pnt. Godlief Neofula
4. Pnt. Robert Fanggidae
Pimpinan GMIT Sejak 1947
1. 1947 -1951 (Ketua Ds. E. Durkstra, Sekretaris Ds. E.F. Tokoh)
2. 1951 -1952 (Ketua Ds. Johanis. L. Ch. Abineno, Sekretaris Ds. A. J. Toele)
3. 1952 -1953 (Ketua Ds. Johanis. L. Ch. Abineno, Sekretaris Ds. Bernadus Meroekh)
4. 1954 -1956 (Ketua Ds. Markus Bolla, Sekretaris Ds. Leonidas. Radja Haba)
5. 1956 -1958 (Ketua Ds. Johanis L.Ch. Abineno, Sekretaris Ds. Leonidas Radja Haba)
6. 1958 -1960 ( Ketua Ds. Leonidas Radja Haba, Sekretaris Ds. Abia Dethan)
7. 1960 -1970 (Ketua Ds. Leonids Radja Haba, Sekretaris Ds. Magelhans E. Arnoldus)
8. 1970 -1973 (Ketua Ds. Jususf A. Adang, S.Th, Sekretaris Ds. Albinus L. Nitti, S.Th)
9. 1973 -1976 (Ketua Ds. Jususf A. Adang, S.Th, Sekretaris Ds. Albinus L. Nitti, S.Th)
10. 1976 -1979 (Ketua Pdt. Drs. Max Jacob, Sekretaris Pdt. John Ch. Kalemudji)
11. 1979 -1983 (Ketua Pdt. Thobias A. Messakh, S.Th, Sekretaris Pdt. John Ch. Kalemudji, S.Th)
12. 1983 -1987 (Ketua Pdt. Thobias A. Messakh, S.Th, Sekretaris Pdt. Drs. Jesaya Sabuna)
13. 1987 -1991 (Ketua Pdt. Thobias A. Messakh, S.Th, Sekretaris Pdt. Drs. Jesaya Sabuna)
14. 1991 -1995 (Ketua Pdt. Dr. Benyamin Fobia, Sekretaris Pdt. Semuel V. Nitti, S.Th)
15. 1995 -1999 (Ketua Pdt. Dr. Benyamin Fobia, Sekretaris Pdt. Achim M. Lulan, S.Th)
16. 1999 -2003 (Ketua Pdt. Thobias A. Messakh, S.Th, Sekretaris Pdt. Drs. Messackh D. Beeh, M.Si)
17. 2003 -2007 (Ketua Pdt. Dr. Ayub Ranoh, Sekretaris Pdt. Mesak J. Karmany, S.Th)
18. 2007 -2011 (Ketua Pdt. Dr. Ebenhaezer I. Nuban Timo, Sekretaris Pdt. Bendelina Doeka-Souk,S.Th,MM)
19. 2011-2015 (Ketua Pdt. Robert St. Litelnoni, S.Th, Sekretaris Pdt. Benjamin Nara Lulu, M.Th)
20. 2015-2019 (Ketua Pdt. Dr. Mery Kolimon, Sekretaris Pdt. Yusuf Nakmofa)
Sumber: GMIT
Sumber: Pos Kupang 10 Januari 2015 halaman 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar