Minggu, 16 April 2017

Sejarah Tata Gereja GMIT

G.P.H Locker menulis dalam buku Tata Gereja: Gereja Potestan di Indonesia bahwa sejak tahun 1933 kerinduan untuk mendirikan gereja Timor sudah mulai terdengar. Namun Pengurus Gereja pada masa itu menilai bahwa gereja Timor belum siap untuk mandiri. Kerinduan ini baru disetujui pada tahun 1941 tetapi terhalang dengan oleh perang dan penjajahan Jepang. Pada tanggal 31 Oktober tahun 1947 Pelembagaan Gereja Timor diputuskan. 


 

Sesuai dengan informasi yang didapat dari bapak Pdt. Y. Sabuna, sejak mandiri, GMIT telah menghasilkan 8 tata gereja:


1. Peratoeran Geredja Masehi Injili di Timor tahun 1949

Locher menjelaskan garis-garis besar dari tata gereja 1949 ini sebenarnya telah didiskusikan dalam rapat Perhimpunan Kelengkapan sejak tahun 1946. Keberadaan tata gereja adalah salah satu syarat pemandirian GMIT. Pembahasan berlanjut pada February 1947 yang membahas beberapa aturan seperti peraturan am, peraturan sinode, peraturan klasis, dan peraturan majelis jemaat. Seluruh pembahasan mengenai aturan ini kemudia dibukukan pada tahun 1949.

          Frank L. Cooley dalam buku Benih Yang Tumbuh IX menilai bahwa Ds. E. Dukstra sangat berperan dalam penyusunana tata gereja ini. Sifat administrasi dari tata gereja ini sangat menonjol. Tata gereja GMIT yang pertama ini dalam penyusunanya merujuk pada tata gereja Gereja Masehi Injili di Minahasa dan Gereka Protestan Maluku.  


2. Tata Gereja GMIT tahun 1952

Tata gereja GMIT tahun 1952 sebenarnya tidak pernah dipublikasikan. Informasi ini didapat dari Pdt. Y. Sabuna dan penjelasan Cooley yang dalam surveinya menyatakan bahwa sejauh ingatan para pendeta senior tata gereja ini tidak pernah dipublikasikan. Cooley juga menjelaskan bahwa kajian teologis dari tata gereja ini lebih baik dari tager sebelumnya dan sisi administrasi lebih berkurang sebab lebih bersifat musyawarah. 

3.Tata Gereja GMIT tahun 1958 

Cooley menjelaskan bahwa tager 1958 memiliki kemiripan dengan tager 1952. Terdapat kemungkinan tager 1952 tidak ditangani dengan baik karena Pdt. J. L. Ch Abineno berangkat untuk studi ke Belanda dan baru setelah kepulangannya tager 1952 dirampungkan menjadi tager 1958.


4. Tata Gereja GMIT tahun 1970 

Tata gereja ini tidak dibukukan dengan baik, masih bersifat lembaran-lembaran lepas dari keputusan sidang. Bagian data kantor sinode mencoba untuk mengumpulkan dan menjilid beberapa keputusan yang masih bisa ditemukan.


5. Tata Gereja GMIT tahun 1973 

Tager 1973 dibukukan pada tahun 1984. Dikenal dengan buku merah.


6. Tata GMIT tahun 1987 

Dibukukan pada tahun 1988, dikenal dengan buku kuning


7. Tata GMIT tahun 1999 

Pengaruh pemerintahan cukup terasa. Aturan yang mengalami perubahan mencolok adalah aturan mengenai klasis. Dikenal dengan buku hijau. 


8. tata gereja 2010 (buku kuning)  

Tager terbaru ini adalah tager pertama bagi GMIT yang disusun dengan landasan eklesiologi dan pendekatan yang dipakai adalah pendekatan dari jemaat. Terlihat dengan diawalinya tager ini dengan naskah-naskah eklesiologi GMIT. Metafora eklsiologi yang digunakan adalah metafora keluarga Allah. Sayangnya aturan-aturan ini dibukukan oleh MS dalam sebuah buku tanpa judul. Dikenal dengan buku kuning.


Beberapa Catatan:

  • Gambaran pergumulan GMIT 

    Perubahan-perubahan tager menunjukan bahwa GMIT selalu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan konteks pelayanan yang juga berubah. GMIT tidak diam tetapi selalu bergumul untuk mengatur pelayanannya. Tager sebenarnya menunjukan pergumulan dan teologi yang berkembang pada sebuah masa. Dokumentasi tager adalah sebuah hal penting dan dapat menghindarkan GMIT dari mengulang kesalahan sejarah sehubungan dengan aturan gereja. Sayangnya aturan-aturan tahun 1952-1970 tidak didokumentasikan dengan baik.

  • Jangka waktu perubahan tata gereja 

    Bila dilihat dari jangka waktu perubahan tager terlihat bahwa ada yang berumur 3 tahun, 6 tahun, 12 tahun, 14 tahun. Ketidak aturan ini menunjukan bahwa perubahan tager masih bersifat situasional dan belum mendapat pengkajian tertatur.

  • Pemberian judul buku

    Bila diperhatikan sejak tager 1952-1973 judul yang digunakan adalah Tata Gereja GMIT, baru pada tager 1988 dan 1999 judul yang dipakai adalah Tata GMIT. Ungkapan Tata Gereja adalah sebuah kata yang tidak bisa dipilah begitu. Tata Gereja menjelaskan bahwa aturan-aturan yang dibukukan ini adalah aturan-aturan gereja sehingga disebut tata gereja dan bukan tata boga atau tata busana. Judul dari tager seharusnya menjadi Tata Gereja GMIT. Sayangnya pada tager terakhir pun masih menggunakan ungkapan Tata GMIT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar