Senin, 23 Maret 2015

MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS & BAHAGIA .


 “Maka ALLAH menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar ALLAH diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Kejadian 1:27

Keluarga adalah sebuah lembaga yang diciptakan oleh ALLAH sendiri, ALLAH yang mengambil inisiatif untuk menciptakan manusia dengan dua jenis kelamin yang berbeda yaitu : laki-laki dan perempuan, karena itu pernikahan dalam konsep agama Kristen memiliki nilai “sakral” yang sangat tinggi sebab pernikahan itu adalah KUDUS.

Dalam perkembangan jaman yang semakin modern ini, makna dari nilai “sakral” dalam sebuah pernikahan jadi semakin luntur. Banyak orang yang menganggap pernikahan seperti sebuah “mainan” yang dapat digunakan untuk kesenangan dan kepentingan diri sendiri demi memuaskan nafsu duniawi. 

Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka perceraian yang terjadi di dunia. Di Indonesia saja, menurut data Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementerian Agama Indonesia, angka perceraian mencapai 10% dalam setiap tahunnya, yaitu sekitar 250.000 pasangan kawin yang sah bercerai setiap tahunnya. Belum lagi perkawinan-perkawinan yang tidak tercatat, seperti “nikah sirih” dan lain sebagainya.

Sebagai pengikut KRISTUS, kita harus mengetahui bahwa TUHAN yang kita sembah itu membenci perceraian. Karena itu, konsep perkawinan dalam agama Kristen adalah : “SEKALI UNTUK SELAMANYA, SAMPAI MAUT MEMISAHKAN”.

Salah satu faktor penyebab tingginya angka perceraian ialah karena KETIDAKHARMONISAN dalam rumah tangga. Suami-istri yang sering bertengkar, salah paham yang terjadi, masalah ekonomi, serta faktor “orang ke-tiga”, seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian.

Untuk mencegah hal itu terjadi, maka hari ini kita akan sama-sama belajar tentang bagaimana cara untuk membangun keluarga Kristen yang harmonis dan bahagia.

1.  Meletakkan KASIH KRISTUS sebagai DASAR yang mempersatukan 

“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” Kolose 3:14

Bahasa Yunani untuk kata “kasih” yang digunakan dalam kitab Kolose 3:14 ini menggunakan kata “agape”. Dalam bahasa Yunani, sedikitnya ada 4 kata yang dapat menggambarkan tentang KASIH, yaitu : Agape, Philia, Storage dan Eros. Dan kasih “agape” memiliki tingkat yang paling tinggi dari semua jenis “kasih” yang lain. 

Kasih “agape” adalah kasih ALLAH sendiri, kasih yang tulus, murni dan suci, kasih yang tidak egois dan mencari keuntungan sendiri seperti yang terdapat dalam 1 Korintus 13:4-8.

Dalam membangun keluarga kristen yang harmonis dan bahagia, unsur kasih ini mutlak diperlukan. Sehingga dengan demikian setiap masalah maupun persoalan yang timbul, dapat diselesaikan dengan baik, karena keluarga tersebut memiliki kasih KRISTUS sebagai dasar yang mengikat dan mempersatukan mereka. Dengan adanya kasih ini, maka masalah yang besar dapat dibuat menjadi kecil, dan masalah yang kecil dapat dihilangkan. 

Tetapi jika sebuah keluarga tidak memiliki kasih KRISTUS, maka yang terjadi adalah sebaliknya, masalah yang sebenarnya kecil, dapat berkembang menjadi sangat besar, karena ada unsur emosi, kemarahan dan sakit hati yang turut “bermain” didalamnya.

2.  Membangun MEZBAH DOA KELUARGA 

“Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; Lalu ALLAH memberkati Nuh dan anak-anaknya” Kejadian 8:20,  9:1

Adalah sangat penting membangun mezbah doa dalam sebuah keluarga. Melalui mezbah ini setiap anggota keluarga dibawa untuk menjadi semakin dekat dan semakin intim dengan TUHAN. Mereka juga akan belajar disiplin untuk berdoa, memuji dan menyembah TUHAN. 

Mereka akan membiasakan diri untuk berdiskusi tentang kebenaran Firman TUHAN, sehingga karakter dari setiap anggota keluarga menjadi semakin terbentuk melalui kebenaran Firman TUHAN tersebut. Karena itu mezbah keluarga juga menjadi sarana pembentukan karakter bagi setiap anggota keluarga. Tentu proses pembentukan karakter tersebut tidak akan terjadi dalam “semalam”, dibutuhkan kesabaran dan kerja keras dari setiap anggota keluarga agar semakin hari menjadi semakin “serupa” dengan pribadi YESUS.

3.  Suami harus menjadi IMAM dalam keluarga

karena suami adalah kepala isteri sama seperti KRISTUS adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Efesus 5:23

Dalam kehidupan berumahtangga, suami harus menjalankan fungsinya sebagai imam dalam keluarga. Ia bertanggung jawab untuk membawa seluruh anggota keluarganya datang kepada TUHAN. Ia harus menanamkan “nilai-nilai” atau “prinsip-prinsip” kebenaran iman Kristen kedalam kehidupan keluarganya. Seorang suami yang tidak menjalakan fungsinya sebagai imam dalam keluarga akan berdampak buruk bagi keharmonisan rumah tangga tersebut. 

Sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia membutuhkan sebuah “figur“ yang dapat dijadikan panutan/ teladan bagi seisi rumahnya, dan iblis mengetahui hal ini, karena itu dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk merusak “figur” ini. Karena itu bagi para suami : jadilah IMAM dalam keluargamu.

4.  Istri TUNDUK kepada suami, dan suami MENGASIHI istri

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam TUHAN. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Kolose 3:18-19

ALLAH yang kita sembah adalah ALLAH yang luar biasa. Dia yang menciptakan kita manusia, dan Dia mengenal kita lebih dari kita mengenal diri kita sendiri. Karena itu Dia tahu, bahwa semua wanita di dunia mempunyai kebutuhan yang sama, yaitu mereka ingin merasa DISAYANG oleh suaminya. 

Dan semua pria didunia mempunyai kebutuhan yang sama juga, yaitu mereka ingin DIHARGAI / DIHORMATI oleh istrinya. Wanita sebagai mahkluk yang secara fisik lebih lemah dari pria, membutuhkan rasa aman dan dilindungi oleh suaminya. Dan pria sebagai mahkluk yang secara fisik lebih kuat dari wanita, membutuhkan pengakuan bahwa memang dia lebih kuat, lebih perkasa dari istrinya. Karena itu kedua hal ini harus berjalan bersama-sama, yaitu istri TUNDUK kepada suami, dan suami MENGASIHI istri. 

Jika ada salah satunya yang dilanggar, maka akan mengakibatkan pelanggaran juga pada sisi yang lain. Contoh : jika suami tidak mengasihi istri dan berlaku kasar, maka akan mengakibatkan istri tidak mau tunduk kepada suami. Atau jika istri tidak mau tunduk kepada suami melainkan “tanduk”, maka akan mengakibatkan suami berlaku kasar kepadanya.

5.  Anak TAAT kepada orang tua, dan orang tua JANGAN SAKITI HATI anak

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam TUHAN. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Kolose 3:20-21

Untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia dibutuhkan kerjasama yang baik antara anak dan orang tuanya. Peraturan bagi seorang anak ialah TAAT kepada orang tua. Didalam kekristenan, orang tua memegang otoritas atas anaknya. Selama anak tersebut belum menikah dan membangun keluarganya sendiri, maka yang memegang otoritas atas anak itu ialah orang tuanya. 

Tidak ada orang tua yang mau mencelakakan anaknya sendiri, setiap orang tua pasti ingin melihat anaknya berhasil, sukses dan hidup bahagia. Sebagai seorang yang sudah banyak makan “asam garam” kehidupan tentu orang tua memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada anaknya. Tetapi hal ini sering tidak disadari oleh sang anak, sebagai orang yang masih muda mereka cenderung mengikuti keinginan hatinya sendiri, sehingga mereka memberontak dan tidak mau TAAT kepada orang tua. 

Untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis, seorang anak harus menjalankan perannya dengan baik, yaitu TAAT kepada orang tua. Dan sebaliknya, bagi orang tua peraturannya adalah JANGAN SAKITI HATI ANAK. Ada banyak orang tua yang menyakiti hati anaknya, misalnya dengan cara tidak menepati janji, menghukum secara berlebihan, pertengkaran antara suami istri dan lain sebagainya. 

Sebagai orang tua, kita harus menyadari bahwa anak adalah “titipan TUHAN” yang harus dididik, dibesarkan dan dibina sesuai dengan nilai-nilai kristiani, agar mereka bertumbuh besar menjadi anak-anak yang cinta TUHAN dan berhasil dalam hidupnya.

Kesimpulan :

Memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia tentu menjadi idaman bagi setiap rumah tangga. Namun untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh serta komitmen dari setiap anggota keluarga untuk mau menjalankan fungsi perannya masing-masing sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN, sebab hanya Firman TUHANlah satu-satunya standar yang harus kita milki untuk mencapai keluarga yang harmonis dan bahagia.  [SEH/2011]

 Kami datang dihadiratMu
Dalam satu kasih dengan bersehati
Berjanji setia sampai akhir
Mengasihimu Tuhan 

Reff : Bersama keluargaku melayani Tuhan
Bersatu selamanya mengasihi Engkau
Tiada yang dapat melebihi kasihMu  ya Tuhan
Bagi kami Engkau segalanya

Sumber: http://hmministry.com/2011/08/1756/SUPLEMEN_COOL___AUG__3.GBI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar