Rabu, 26 November 2014

Gua Jepang Baumata


Ada beberapa gua yang bisa ditemui di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namun tidak semua gua ini adalah gua yang terbentuk dari proses alami. Ada juga yang merupakan gua buatan. Gua buatan ini adalah peninggalan dari pasukan Jepang yang pernah menjajah Indonesia. Salah satu lokasi gua yang bisa ditemui pada saat berkunjung ke Kupang adalah gua peninggalan Jepang yang ada di desa Baumata.

Baumata adalah desa yang berjarak 20 km dari pusat kota Kupang. Bila menggunakan kendaraan bermotor, maka akan dibutuhkan waktu perjalanan tidak sampai 1 jam untuk sampai ke desa Baumata. Untuk menemukan gua Jepang sebaiknya bertanya ke penduduk setempat. Karena ada 4 gua Jepang berbeda yang lokasinya berdekatan di desa Baumata.
Selain itu tidak ada petunjuk di jalan sepanjang desa Baumata yang memberikan informasi mengenai keberadaan gua Jepang.

Kondisi alam disekelilingnya, membuat gua Jepang tidak mudah ditemukan bila baru pertama kali datang ke desa Baumata. Ada beberapa pohon besar yang tumbuh didepan gua. Ditambah lagi rimbunnya tanaman yang memenuhi wilayah disekitar lokasi gua.

Tapi disini lain, pepohonan ini justru membuat suasana disekitar gua menjadi sejuk. Dengan daun pohon lebat berfungsi sebagai kanopi yang bisa menahan teriknya sinar matahari. Terlebih memang Kupang dikenal mempunyai cuaca siang hari yang panas menyengat. Lebih panas dari daerah lain yang berada lebih barat di Indonesia.

Dari 4 gua Jepang yang ada di desa Baumata, 2 diantaranya mempunyai mata air. Suara air sudah bisa terdengar dari mulut gua. Karena lokasinya, maka untuk melihat mata air ini harus masuk beberapa meter kedalam gua. Sayangnya karena panjang gua yang bisa mencapai beberapa km, maka matahari tidak bisa menembus masuk ke bagian dalam gua. Oleh karena itu sebaiknya jangan masuk terlalu jauh kedalam gua tanpa peralatan yang mencukupi. Selain karena kondisi gua yang gelap, disini juga tidak ada pemandu yang mengetahui seluk-beluk gua. 

Salah satu dari 2 gua yang mempunyai mata air dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sumber air. Air dari gua ini mengalir hingga ke tanah landai yang ada di depan gua. Air yang mengalir di depan gua kemudian dialirkan dengan bantuan paralon menuju sungai yang berada tidak jauh dari lokasi gua. 

Penduduk setempat menggunakan air yang keluar dari paralon untuk keperluan mandi dan cuci. Air dari dalam gua bisa mengalir hingga keluar, karena ada saluran buatan di sepanjang gua tempat lewatnya aliran air. Kurang jelas apakah saluran air tersebut memang sudah ada semenjak dahulu atau sengaja dibuat oleh penduduk setempat. Bila itu dibuat oleh penduduk setempat, maka pastinya dia sudah pernah memasuki gua tersebut hingga mencapai ke lokasi mata air.

Bila musim hujan datang, maka debit air yang berasal dari 2 gua Jepang ikut meningkat. Sumber air yang berasal dari kedua gua tersebut bisa meluap hingga keluar pada saat musim hujan. Pada saat itu banyak penduduk setempat yang sengaja datang untuk mandi menggunakan sumber air yang berasal dari 2 gua Jepang.

Bila dari 4 gua Jepang yang ada di desa Baumata, 2 sisanya tidak mempunyai mata air. Tapi kadang bisa ditemukan genangan air yang merupakan sisa dari air hujan. Genangan air ini bisa ditemui terutama di bagian yang berada dekat dengan mulut gua. Dari kedua gua yang tidak mempunyai mata air, salah satu gua ini terdapat tumpukan tanah yang menghalangi jalan di mulut gua. Tumpukan tanah ini berasal dari langit-langit gua yang runtuh.
Tanah runtuh ini menjadi tanda-tanya, apakah gua tersebut cukup aman untuk dimasuki. Apakah itu hanya reruntuhan tanah biasa atau malah menunjukkan sudah tidak kuatnya konstruksi gua tersebut. Sebaiknya ambil aman saja, cukup melihat gua peninggalan Jepang ini dari depan mulut gua.

Bila salah satu dari 2 gua peninggalan Jepang di desa Baumata yang tidak mempunyai mata air terdapat tanah sisa reruntuhan, maka kondisi gua yang satu lagi terlihat lebih baik. Gua ini terletak tepat di tepi sungai yang mengalir di desa Baumata. Pada gua ini ada papan yang terbuat dari tripleks bertuliskan “Situs Peninggalan Tentara Jepang” yang sudah lapuk.
Sama seperti gua peninggalan Jepang lainnya yang ada di desa Baumata, gua yang satu ini juga belum dipetakan oleh pemerintah setempat. Jadi tidak ada yang tahu persis ada berapa lorong didalam gua. Karena biasanya gua semacam ini yang pernah digunakan oleh militer di masa lalu mempunyai banyak lorong dan ruang. 

Baik itu digunakan sebagai tempat perlindungan tentara maupun hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan amunisi. 












Bila telah dipetakan dan dipastikan kondisi gua dalam keadaan aman untuk dimasuki, maka hal ini bisa memudahkan bagi pengunjung yang datang untuk melihat gua peninggalan Jepang di desa Baumata. Karena kondisinya dibiarkan begitu saja, bahkan tanpa ada sama sekali pemandu, bisa saja ada pengunjung yang penasaran masuk. Hal tersebut bisa menjadi berbahaya, karena tidak ada yang tahu persis mengenai keadaan konstruksi gua apakah cukup aman untuk dimasuki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar