Rabu, 17 Desember 2014

Kisah sejarah terciptanya lagu “Malam Kudus” (Stille Nacht, Silent Night)




Pastor Joseph Mohr, penulis lirik lagu “Malam Kudus” (Foto yang digambar kembali)

Tahun 1816 Pastor Joseph Mohr menulis lirik lagu “Malam Kudus” (aslinya “Stille Nacht”) ketika bertugas di gereja peziarah di sebuah desa Mariapfarr, Lungau di pegunungan Alpen, Austria. Beberapa hari sebelum Natal tahun 1818, Joseph Mohr sebagai pastor pembantu di gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg, Austria, bingung karena organ di gereja rusak. Umat bakal kecewa jika lagu-lagu Natal dinyanyikan tanpa iringan organ. Umat yang terbanyak terdiri dari pekerja kapal, pembuat perahu, dan keluarganya.pun sedang dirundung kesulitan ekonomi. Penyebabnya adalah terhentinya transportasi garam melalui sungai di Salzburg setelah Perang Napoleon (1792 – 1815).. Ekonomi lesu dan penduduk setempat mengalami depresi ekonomi.

Inilah kapel yang dibangun di bekas reruntuhan gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg, Austria, tempat pertama kali dikumandangkan lagu “Malam Kudus”

Dalam keadaan bingung Mohr berjalan kaki ke rumah Franz Gruber, seorang guru SD yang menjadi organis dan pemimpin koor di gereja. Ia menunjukkan lirik yang ditulis dua tahun lalu kepada Gruber. Gruber langsung menggubah melodinya dan menyerahkannya kepada Mohr. Mohr merasa puas dan keduanya mulai berlatih. Tepat pada malam vigili Natal, 24 Desember 1818. Mohr menyanyikan suara tenor sambil mengiringi dengan gitar, sedangkan Gruber menyanyikan suara bas. Nyanyian keduanya langsung disambut gembira umat.

Franz Gruber, penggubah melodi lagu “Malam Kudus”


Pemandangan di sekitar Gereja Santo Nikolaus di Salzburg, Austria

Naskah asli lagu ini lama hilang seiring dengan dirobohkannya gereja ini pada awal tahun 1900-an karena telah hancur akibat banjir dan karena pusat kota telah dipindahkan ke bukit yang lebih aman. Sebuah gereja baru dibangun di pusat kota yang baru.
Semula lagu ini lama tak dikenal. Penyebabnya antara lain karena lagu ini tidak berasal dari komponis terkenal atau dari katedral tersohor. Apa sih yang berharga yang diharapkan dari sebuah kampung kecil yang namanya tidak tercantum di peta.
Tahun 1863 John Freeman Young menterjemahkan lagu ini ke dalam bahasa Inggris dengan judul “Silent Night”. Segera lagu ini tersebar luas ke seluruh dunia dan dinyanyikan sampai sekarang. Kini lagu ini diperkirakan telah diterjemahkan ke lebih dari 200 bahasa di dunia. Komposisi musik Gruber dalam lagu ini dipengaruhi tradisi musik di pedesaan tempat tinggalnya. Melodinya mencerminkan segi-segi musik rakyat Austria. Ini membuktikan bahwa banyak lagu yang menjadi populer dan mendunia sebenarnya mengadopsi motif lagu atau musik rakyat yang sudah mentradisi berabad-abad. Lagu-lagu itu kemudian bertahan lama, bisa sampai berabad-abad sebagai kelanjutan tradisi musik-lagu rakyat berabad sebelumnya.
Setelah menjadi amat populer timbul tanda tanya siapa pengarang lagu ini. Berbagai versi cerita beredar dan banyak cerita fiksi bermunculan. Rasa ingin tahu ini menggerakkan hati para peneliti untuk mencari jawaban. Tahun 1995 naskah asli tulisan tangan Mohr ditemukan oleh para peneliti. Tulisan itu menunjukkan bahwa lirik lagu itu ditulis tahun 1816 sedangkan melodinya dikarang tahun 1818 oleh Franz Gruber. Kemudian, sebuah kapel kecil dibangun di tempat reruntuhan gereja yang asli dan dinamakan “Stille-Nacht-Gedächtniskapelle”(Kapel Kenangan Malam Kudus). Sebuah rumah di dekatnya diubah menjadi museum yang sampai sekarang dikunjungi banyak turis dari berbagai penjuru dunia. 

Naskah lagu “Malam Kudus” yang digubah Franz Gruber.

Gitar yang diperkirakan digunakan Joseph Mohr saat menyanyikan lagu “Malam Kudus”

Museum dekat kapel yang dibangun di bekas reruntuhan gerega Santo Nikolaus untuk mengenang Jospeh Mohr dan Franz Gruber di Obendorf, Austria.

Kubur Franz Gruber di depan rumahnya yang kini dijadikan museum Gruber.

Kamar di rumah Franz Gruber

Organ yang telah diperbaiki di kapel yang berdiri di bekas tempat Gereja Santo Nikolaus, Obendorf, Salzburg

Hikmah apa yang dapat dipetik dari sejarah lagu “Malam Kudus” ?
Di Indonesia lagu-lagu kaum muda yang meniru irama musik pop Barat cenderung amat cepat ditinggalkan masyarakat karena sebenarnya irama musik pop belum memiliki tradisi panjang dalam masyarakat kita. Sedangkan, popularitas lagu seperti lagu Butet yang menerapkan irama lagu masyarakat Batak tersebar luas dan disenangi masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat Rusia, sedangkan lagu Bengawan Solo yang berirama keroncong juga disenangi masyarakat Indonesia dan menular digandrungi masyarakat Jepang.
Hal ini menunjukkan gejala yang sama seperti latar belakang lagu “Malam Kudus”. Sebuah lagu yang berakar pada tradisi musik-lagu sebuah masyarakat atau yang memperbaharui irama lagu-musik rakyat cenderung tahan zaman di masyarakat setempat dan cenderung diterima di berbagai bagian dunia. Karena, sebenarnya irama itu sudah teruji dan tersaring dalam sejarah selama berabad-abad. 

Kunjungan ke Kapela “Silent Night, Holy Night” atau “Malam Kudus”
Oleh Peter Paskalis
Tiga belas tahun silam saya mengunjungi Kapela „Silent Night, Holy Night“ di Oberndorf, di mana lagu terkenal „Malam Kudus“ diciptakan. Oberndorf, suatu kampung sekitar 20 km di sebelah Utara Kota Salzburg (Kota kelahiran Wolfgang Amadeus Mozart di Austria), terletak tepat di perbatasan antara Austria dan Jerman.
Dalam perjalanan menuju kampung ini, saya membayangkan suatu gereja besar, mengingat kebesaran dan ketenaran lagu ini yang diterjemahkan hampir ke dalam semua bahasa di dunia. Ketika memasuki Oberndorf, saya berusaha melihat candi gereja terbesar dan saya kaget, ketika keluarga yang menemani saya menunjukkan suatu kapela kecil dekat sungai kecil yang membatasi Austria dan Jerman. Wah, kapela mungil, mungkin hanya untuk 8-10 orang di dalamnya.
Lagu „Silent Night“ (Stille Nacht, dalam bahasa Jerman) dinyanyikan pertama kali di kapela ini pada malam Natal tahun 1818. Diiringi dengan orgel sederhana yang hampir rusak oleh Franz Xaver Gruber (pencipta melodi lagu „Malam Kudus“), karena tali pedalnya hampir putus. Karena itu, pastor pembantu di kampung ini Joseph Mohr (penulis teks lagu “Stille Nacht”) meminta orang lain untuk menemani dengan gitar.
Suatu yang berawal sederhana menghasilkan suatu karya yang terkenal di seluruh dunia.
Gereja St. Nikolaus, lebih dikenal „Kapela Malam Kudus“ (Stille Nacht Kapelle), terletak di samping sungai Salzach dan sering dilanda banjir di tahun 1890-an. Banjir sering membawa kerusakan pada kapela ini. Banjir yang terbesar terjadi tahun 1899, yang merusak hampir setengah kampung Oberndorf dan menghancurkan kapela mungil ini secara total. Karena itu umat mendirikan satu gereja baru 800 meter lebih jauh dari sungai dan agak di ketinggian.
Untuk beberapa puluh tahun, kapela ini tidak dibangun lagi, dengan alasan keuangan dan juga karena bahaya banjir selalu mengancam. Kemudian toh mengenang 100 tahun lagu Malam Kudus dan juga sebagai tanda seru dan doa untuk perdamaian dunia (mengingat perang dunia pertama 1914-1918), maka bangkitlah inisiatif membangun kembali kapella ini. Lagu Malam Kudus sering dikumandangkan di mana-mana di Eropa. Dunia mendambakan perdamaian dan simbol perdamaian dunia adalah Silent Night, Holy Night. Suatu keajaiban, 1918, tepat 100 tahun lagu ini diciptakan, perang dunia pertama berakhir…Dan sebagai tanda syukur atas perdamaian, orang berziarah ke Oberndorf dan menyumbang pembangunan kapela Malam Kudus dan selesai tahun 1937. Semoga Malam Kudus, membawa perdamaian di dunia ini. Amin. (Kiriman Peter Paskalis pada Hari Natal 2009)
Sumber:
  1. xmashymn.httpwww.morning-glow.comholidaysxmasxmashymn.html
  2. Silent_Night.httpen.wikipedia.orgwikiSilent_Night
  3. origin_song.asp.httpwww.stillenacht.atenorigin_song.asp
  4. imgres.httpimages.google.co.id
  5. imgres.httpimages.google.co.idimgresimgurl=httpwww.sturmenkrieg.com
  6. Email Peter Paskalis dari Austria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar