ADVEN berasal dari bahasa Latin:
adventus. Arti hurufiahnya: kedatangan. Yaitu kedatangan. Gereja mengartikannya
sebagai persiapan atau penantian kedatangan Yesus Kristus, Putra Allah. Menurut
kalender ibadah maka sebelum Hari Raya Natal atau perayaan kedatangan Yesus
melalui kelahiranNya di Betlehem, maka ada 4 (empat) minggu Adven. Saban minggu
Adven itu ditandai dengan penyalaan lilin: satu lilin di minggu adven pertama,
dua lilin di minggu adven kedua, dan seterusnya. Menurut tradisi gereja tiga
lilin adven itu berwarna ungu, menyimbolkan pertobatan, pengharapan dan
penantian.
Namun lilin adven ketiga justru berwarna merah muda, hendak
menyimbolkan sukacita pengharapan yang tidak tertahankan lagi karena kelahiran
Tuhan sudah sangat dekat. Tradisi gereja juga mengenal lingkaran Adven, yaitu
dedaunan segar (bukan plastik imitasi) dan buah berry merah yang dipasang di
bawah lilin atau di dinding, melambangkan kehidupan yang segar abadi
(evergreen). Namun jangan harapkan dapat menemukan suasana Adven itu di
gereja-gereja kita kalangan protestan, sebab jika kita jujur, kalender ibadah
gereja kita telah kacau, dan makna Adven kehilangan maknanya karena
perayaan-perayaan natal justru telah berlangsung saat gereja seharusnya masih
menanti-nanti atau mempersiapkan hati menyambut kelahiran Juruslamatnya.
Apakah
sebenarnya makna Adven bagi kita ? ...
Pertama
: Persiapan perayaan natal atau hari kelahiran Yesus.
Kelahiran
Yesus adalah peristiwa besar yang telah dijanjikan Allah jauh sebelumnya
melalui para nabiNya. Dengan merayakan Adven (sampai empat minggu
berturut-turut) gereja bukan hanya mengenang tetapi menyatukan dirinya dengan
para nabi serta umat Allah di Perjanjian Lama yang menanti-nantikan kedatangan
Mesias atau Sang Penebus. Masa Adven itu mengingatkan kita kepada penantian dan
persiapan para nabi akan kedatangan Juruslamat yang dijanjikan Allah. Sebab itu
dengan melalui minggu-minggu Adven itulah kita dapat menemukan makna Hari Raya
Natal yang sesungguhnya. Yaitu hari kelahiran Tuhan yang dijanjikan Allah dan
kita nantikan itu.
Kedua
: Penantian akan kedatangan Yesus kembali ke dunia ini.
Gereja
percaya bahwa Yesus yang lahir di Betlehem dahulu kata, mati dan bangkit
sekarang duduk di sebelah kanan Allah memerintah. Namun Dia berjanji akan
datang kembali. KedatanganNya kembali ke dunia inilah yang sekarang sedang
dinanti-nantikan oleh gereja. Sebab itu minggu Adven bagi kita bukan sekadar
kenangan ke masa silam atau tepatnya kenangan akan penantian para nabi dan umat
Allah di masa Perjanjian Lama, tetapi juga harapan ke masa depan, yaitu
penantian gereja kepada Kristus yang akan datang kembali.
Kapan ? Tidak seorang
pun mengetahuinya. Masih lama atau sudah dekat ? Yang jelas semakin hari semakin
dekat, namun tetap tidak bisa dipastikan saatnya. Alkitab mengatakan kedatangan
Kristus Sang Kudus itu di saat tidak terduga, persis kedatangan “seorang
pencuri”. Yang penting: nantikanlah terus kedatanganNya. Dan sambil menanti:
tetaplah bekerja dan tunaikan semua tugas dan tanggungjawab. Persis seperti
kata bapa gereja Martin Luther: seandainya Kristus datang besok hari, maka aku
akan tetap menanam pohon apel hari ini.
Ketiga
: Penantian akan kedatangan Tuhan di dunia ini setiap hari.
Kita beriman
sebelum hari kedatanganNya yang agung itu, Tuhan datang dan selalu hadir dalam
kehidupan kita. Itulah juga yang hendak kita renungkan dan hayati melalui
minggu Adven. Kita juga sedang menanti-nantikan Dia datang dalam keseharian
kita, menolong dan membebaskan kita dari berbagai hal dan untuk bermacam hal di
realitas ini.
Melalui
minggu-minggu Adven ini jugalah kita diingatkan akan penantian-penantian kita
dalam kehidupan ini. Ada banyak sekali yang mungkin kita nantikan di kenyataan
hidup ini: kehamilan, kelahiran anak, panen, hasil usaha, pengabulan doa,
kesembuhan, pertemuan dan lain sebagainya. Melalui minggu Adven kita hendak
berdoa agar Allah memberkati dan meneguhkan hati kita menyambut semua penantian
kita itu. Kita tidak tahu berapa lama lagi Kristus akan datang ke dunia ini.
Namun selama kita hidup di dunia ini kita dipanggil untuk berkarya, mengasihi
dan berbuat kebajikan, dan Tuhan mengijinkan kita menanti-nantikan buah dari
ketekunan, kesabaran dan kerja keras kita melakukan semua yang baik dan benar
itu.
Panggilan
pertobatan
Pertobatan
adalah sikap yang paling pas untuk menyambut kedatangan Tuhan, baik di
kedatanganNya yang mulia di hari agung nanti maupun dalam keseharian hidup ini.
Pertobatan juga merupakan sikap yang paling sesuai untuk merayakan Hari Natal.
Baiklah kita sadar bahwa lilin yang kita nyalakan pada minggu Adven bukan
sekadar lilin penantian, tetapi juga lilin pertobatan. Bukan pertobatan
artifisial dan seremonial namun pertobatan hati yang sungguh-sungguh menerima
dan menyambut Dia sebagai Raja, Penguasa dalam hati dan jiwa kita. Sebab itulah
gereja purba melarang umat Kristen berpesta-ria pada masa Adven. Mengapa? Agar
kita memiliki kesempatan untuk merenung dan bertobat.
Pertobatan
bukanlah sekadar penyesalan dengan kata-kata, tetapi suatu tekad untuk
memberikan diri diubah dan dibaharui Roh Kudus. Pertobatan bagi kita adalah
kerelaan untuk terus-menerus menjadi manusia baru yang kehadiran dan karyanya
bermakna, memberi jalan keluar, dan mendorong sukacita dunia ini. Sebab itu
masa Adven juga merupakan kesempatan emas bagi kita merenungkan kemanusiaan
kita yang sesungguhnya. Sebagaimana Yesus datang untuk melayani dan mengasihi,
demikian jugalah kita dipanggil untuk datang melayani dan mengasihi sesama
kita. Sebagaimana Kristus sepanjang hidupNya menyerahkan diri bagi keselamatan
dunia ini, demikian jugalah kita diajak untuk tidak pernah lelah dan jemu
mengabdi untuk membuat dunia ini menjadi lebih sejahtera, adil dan baik.
Sukacita
pengharapan
Pertobatan
kita bukanlah pertobatan yang dipaksa, namun pertobatan yang ikhlas. Pertobatan
kita juga bukanlah syarat yang diwajibkan Tuhan untuk menerima berkatNya,
tetapi jawaban tulus kita kepada Dia yang menerima dan memberkati kita justru
tanpa syarat apapun. Sebab itulah pertobatan kita melahirkan sukacita yang
sangat dalam. Namun bukan hanya itu. Minggu Adven mengajak kita membaharui
kembali pengharapan kita. Yaitu pengharapan kepada Tuhan yang akan datang
segera menolong dan membebaskan kita.
Pengharapan itu melahirkan sukacita sebab
kita tahu Tuhan yang menjadi gantungan harapan itu setia. (Roma 12:12).
Pengharapan itulah yang meneguhkan hati kita di tengah-tengah realitas
kehidupan yang penuh kekerasan, persaingan mematikan, ambisi tidak terkendali,
manipulasi dan egoisme. Pada akhirnya pengharapan itu juga yang memberi kita
kekuatan untuk tetap hidup sebagai manusia, yang taat kepada Allah dan
mengasihi sesama.
Selamat
Adven,
Ya Tuhan
datanglah dan bebaskanlah kami!
YESUS
KRISTUS Mengasihi Anda..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar