Asal-Usul Nama Rote dan Orang Rote serta Silsilah Suku-suku dan Marga
(Family Name) dengka di Rote Ndao - NTT
Oleh: Yusuf Leonard Henuk*)
TULISAN ini diturunkan di
media ini setelah terbentuk “Komunitas Dengka“ yang merupakan salah satu nusak
(kerajaan) di Pulau Rote yang memiliki alat musik “SASANDO”
CATATAN : “ DENGLA ” =
“ DENGKA ”
I. Asal-usul Nama Pulau
Rote di Rote Ndao
Dalam buku Land Taal
& Volkenkunde Van Netherlands Indie (1854) dinyatakan bahwa pada
sekitar abad 3 sesudah penduduk mendiami Pulau Rote, disebelah utara Pulau Rote
muncul kapal-kapal Portugis sedang berlabuh dan mereka membutuhkan air minum.
Di pantai mereka bertemu seorang nelayan dan bertanya, “Pulau ini bentuknya bagaimana ?“ Nelayan ini menyangka bahwa mereka menanyakan namanya, sehingga nelayan itu menjawab, “Rote“ (Rote is Mijn Naam). Kapten (nakhoda) kapal Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote, segera ia menamakan pulau itu Rote. Demikian seterusnya pulau ini disebut Rote.
Di pantai mereka bertemu seorang nelayan dan bertanya, “Pulau ini bentuknya bagaimana ?“ Nelayan ini menyangka bahwa mereka menanyakan namanya, sehingga nelayan itu menjawab, “Rote“ (Rote is Mijn Naam). Kapten (nakhoda) kapal Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote, segera ia menamakan pulau itu Rote. Demikian seterusnya pulau ini disebut Rote.
Dalam arsip pemerintah
Hindia Belanda pulau ini ditulis dengan nama ..“Rotti atau Rottij“ kemudian
menjadi “Roti“. Akan tetapi, masyarakat Rote yang mempunyai sembilan dialek
seringkali mereka menyebut pulau ini “Lote‘, khusus bagi mereka yang tidak bisa
menyebut huruf “R“, padahal nama asli dari pulau ini adalah “Lolo Neo Do Tenu
hatu“ (gelap) ada juga yang menyebut ..“Nes Do Male“ (layu), dan lainnya
menyebut “Lino Do Nes“ (pulau yang sunyi dan tidak berpenghuni). Perbedaan
dialek itu sebagian besar bersifat fonetis.
Dialek-dialek Dengka dan Oenale menyimpang lebih banyak daripada dialek-dialek lainnya.
Dialek-dialek Dengka dan Oenale menyimpang lebih banyak daripada dialek-dialek lainnya.
II. Asal-Usul Orang Rote
dan Rumpun Marga Dengka di Rote Ndao
Kemungkinan orang Rote
berasal dari Pulau Seram di Maluku, sesuai pernyataan Ormeling (1955: 72): ..“According
to local myth the Rotenese, like certain group in Belu, originally came from
Seram,..“.
Sebelum Rote Ndao
terbentuk sebagai kabupaten definitif berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2002, Tanggal 11 Maret 2002:
Dengka merupakan salah
satu dari 20 nusak (kerajaan) di Rote Ndao
dengan julukan: “Oe Luat do Laba Oe“ dan nama ejekan : “Dengka Tafa Na’ak“
(Orang Dengka yang dimakan pedang) serta pernah memiliki Raja Dengka:
(1). Tongah Kotek (1854 –
1858).
(2). Adoe Tongah (1859 –
1890);
(3). Paulus Adoe Toenggah
(1891 – 1903).
(4). Alexander Toenggah
(1904 – 1906).
(5). Alexander Paulus
Toenggah (1907 – 1911).
Suku-suku di Dengka
termasuk dalam rumpun Elomuli, Takatein, Ndau, Ambik dan Balaoli. Adapun
penyebaran marga-marga dari masing-masing rumpun sebagai berikut :
A. ELOMULI
1. Elo (Raja) : Elo, Lete,
Laasar, Henuhanu, Abidano, Mba’u, Lani, Laasai, Mengge, Ndo’i, Ndao.
(2). Fando : Fek, Polo,
Adu, Mole, Baik, Fanggitani, Henuk, Tasi, Ufi, Nafi.
(3). Tasioe : Saduk,
Henuk, Poik, Mba’u, Detanelu, Nafi, Foes, Baluk, Nggonggoek, Nggoek, Pa’a.
(4). Luna : Lulupoy, Luna,
Ambi, Bessie.
(5). Todak : Adu,
Manuain, Eohndolu, Ndolueoh, Ndolu, Ledo, Sa’u, Fanggi, Donggi, Pandi, Henuk,
Bute, Tobo, Nuiek, Mba’u, Pou, Langga, Moihana, Nafi, Ndun.
(6). Boluk : Eoh, Hanas,
Foeh, Ndun, Adu, Bolu, Sula, Lona, Bandi, Nale, Henudelas, Fili, Sela,
Haninuna, Koten, Medi.
(7). Busaleok (MboEtik) :
FoEs, Modok, Nasa, Bulu, Mboe, Ndun, Ndolu, Manu, Sula, Mone, Nggili, Lona,
Helo, Fua, Neu, Ufi, Landak.
(8). Leoanak : nafi,
Suek, lani, Hele, Adam.
(9). Mbau Umbuk :
Henuhili, Modok.
B. TAKATEIN:
(1). Heniteik (Raja II) :
Tungga, Elimanafe, Ndaomanafe, Manafe, pah, Bunda, Ndun, Saudila, Nggili,
Tongge, Mbor, Kana.
(2). Mbuiteik : Sula,
Ndunfoes, Bessie, Hilli, Koten, Talak, Duli, Langge, Muda, Sodak, Lusi, Do’a,
Dae, Se’ik, Moi, Dethan, Sely, Foeh, Adu, Ufi, Binloe, Dale.
(3). Sa’uteik : Soluk,
Ndun, Tallo, Bulu, Loak, Mbuik, Sa’a, Lalai, Moy, Fanggi, Nggili, Lusi.
(4). Laniteik : Ndun,
Kiu, Adulenggu.
(5). Leolu (fetor) :
Nolu, Manu, Lau, Saduk, Adu, Pah, Lete, Mba’u, Kilak, Mo’e, Dethan, Busu,
Fafok, Fek, Nafi, Lolo, Seuk.
(6). Bo’ai : Dano, Ledo,
Lusi, Sula, Modok, Foeh.
(7). Mba’uleok : Ndolu,
Mbau, Solo, Seli, Mbuik, Polo, Henuk, Pah, Poy, Fanggi, Hilli, Ndun, Lesik.
(8). Leseleok : Molak,
Lesik, Tali.
(9). Nubuteik : Lilo,
Nggili, Ndolu.
(10). Sa’iteik : Sain,
Suek, Lu.
(11). Mangi : Mbuik,
Salu, Luik, Dethan, Kanu, Nanuk, Sa’u, Pah, Lani, Sula, Aduba’o, Modok, Henuk,
Mone.
Tiga suku yang berdiri
sendiri tidak tergabung dalam kelompok tersebut :
1. Ndau : Mbalu.
2. Ambik : Menda.
3. Balaoli : Mandas,
Menda, Naluk, Taek, Ndun.
Sumber Kutipan:
Soh, A.Z. dan
Indrayana, M.N.D.K. 2008. Rote Ndao Mutiara Dari Selatan (Falsafah dan
Pandangan Hidup Suku Rote Tentang Lontar). Yayasan Kelopak, Jakarta, halaman 69
– 71.
Ormeling, F.J. 1955.
The Timor Problem – A Geographical Interpretation of An Underdeveloped Island.
Thesis. Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.
*)Penulis adalah Guru
Besar di Fakultas Peternakan, Undana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar