Seorang pemuda, sebut saja namanya Peter, membagikan pergumulannya tentang baptisan kepada pendetanya dalam sebuah percakapan sebagai berikut :
Peter : Pada
suatu hari saya mengikuti retreat sebuah komunitas persekutuan yang dihadiri
oleh orang-orang Kristen dari berbagai gereja. Pada saat itu diadakan ibadah
pertobatan dan setiap orang yang telah bertobat dipanggil untuk dibaptis.
Menjelang pelaksanaan baptisan, kami dijelaskan tentang makna baptisan,
bagiamana proses baptisan dan macam-macam baptisan. Mendengar penjelasan
tersebut, saya menjadi bingung karena ada beberapa hal yang berbeda dengan yang
pernah saya terima di kelas katekisasi. Bolehkah kita mendiskusikan hal-hal
tersebut ? ...
Pendeta :
Senang sekali jikalau Anda mau membagikan dan mendiskusikan pergumulan Anda. Apakah yang ingin Anda tanyakan ? ...
Senang sekali jikalau Anda mau membagikan dan mendiskusikan pergumulan Anda. Apakah yang ingin Anda tanyakan ? ...
Peter :
Dalam retreat yang saya ikuti, saya mendapatkan penjelasan bahwa kata baptis berasal dari kata Yunani baptizo yang artinya menyelamkan ke dalam air. Di dalam Alkitab juga ditulis tentang baptisan dengan cara menyelamkan. Apakah ini berarti baptisan yang benar adalah baptisan selam dan bukan baptisan percik? Pada saat itu saya juga diminta baptis ulang yaitu dengan baptis selam. Saya tidak mau dibaptis ulang sebab saya sudah dibaptis walaupun dengan cara percik. Para hamba TUHAN di sana mengatakan bahwa bahwa baptisan percik tidak Alkitabiah. Mereka berkata, “Jikalau kamu mau diselamatkan maka kamu harus dibaptis ulang dengan baptis selam! Ingatlah, TUHAN YESUS pun menerima baptisan selam!“ Mendengar penjelasan itu saya bingung, sebab mereka juga berkata: “Jangan menunda mengambil keputusan sebab TUHAN YESUS datang pada saat yang tidak kita duga. Jikalau TUHAN YESUS akan datang malam ini, dan kamu belum menerima baptisan selam, maka kamu tidak akan dibawa untuk diselamatkan TUHAN.” Saya benar-benar bingung, apakah saya harus dibaptis ulang? Benarkah hanya baptisan selam yang menyelamatkan? Pada saat itu memang saya tidak mau dibaptis ulang, hanya sampai sekarang saya dihantui ketakutan; “jangan-jangan sebentar lagi TUHAN YESUS datang dan tidak mau menyelamatkan saya”. Pergumulan ini membuat saya gelisah dan terus bertanya:
Dalam retreat yang saya ikuti, saya mendapatkan penjelasan bahwa kata baptis berasal dari kata Yunani baptizo yang artinya menyelamkan ke dalam air. Di dalam Alkitab juga ditulis tentang baptisan dengan cara menyelamkan. Apakah ini berarti baptisan yang benar adalah baptisan selam dan bukan baptisan percik? Pada saat itu saya juga diminta baptis ulang yaitu dengan baptis selam. Saya tidak mau dibaptis ulang sebab saya sudah dibaptis walaupun dengan cara percik. Para hamba TUHAN di sana mengatakan bahwa bahwa baptisan percik tidak Alkitabiah. Mereka berkata, “Jikalau kamu mau diselamatkan maka kamu harus dibaptis ulang dengan baptis selam! Ingatlah, TUHAN YESUS pun menerima baptisan selam!“ Mendengar penjelasan itu saya bingung, sebab mereka juga berkata: “Jangan menunda mengambil keputusan sebab TUHAN YESUS datang pada saat yang tidak kita duga. Jikalau TUHAN YESUS akan datang malam ini, dan kamu belum menerima baptisan selam, maka kamu tidak akan dibawa untuk diselamatkan TUHAN.” Saya benar-benar bingung, apakah saya harus dibaptis ulang? Benarkah hanya baptisan selam yang menyelamatkan? Pada saat itu memang saya tidak mau dibaptis ulang, hanya sampai sekarang saya dihantui ketakutan; “jangan-jangan sebentar lagi TUHAN YESUS datang dan tidak mau menyelamatkan saya”. Pergumulan ini membuat saya gelisah dan terus bertanya:
Pendeta :
Saya kira kita mulai diskusi ini dengan memahami terlebih dahulu tentang makna baptisan. Memang benar, kata baptis berasal dari kata Yunani baptizo yang artinya membasahi atau menyelamkan ke dalam air, namun kata ini jangan hanya dipahami secara hurufiah. Arti kata baptizo mengingatkan kita tentang makna baptisan yaitu sebagai lambang atau tanda dari kehidupan lama (duniawi) yang dibenamkan/diselamkan ke dalam kematian Kristus, supaya kita dibangkitkan oleh Kristus sebagai ciptaan baru. Roma 6:4 mengatakan: “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan DIA oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti KRISTUS telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan BAPA, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Dalam makna tersebut maka orang percaya memiliki dua dimensi dalam kehidupannya yaitu kehidupan pribadi bersama KRISTUS yaitu pengalaman personal diselamatkan dan menerima kasih ALLAH dan kehidupan sebagai persekutuan jemaat; dalam hal ini orang yang dibaptis dihisabkan ke dalam tubuh KRISTUS, yaitu sebagai umat ALLAH. Dasar pijakan teologis sakramen baptis kudus jelas bukan ditentukan oleh pemilihan manusia tetapi ditentukan oleh kematian KRISTUS dan karya ALLAH yang menyelamatkan dan anugerah serta kasih karunia ALLAH yang cuma-cuma, bukan karena jasa dan amal manusia.
Perlu kembali saya tegaskan bahwa: yang menyelamatkan kita adalah KRISTUS, bukan teknik baptisan. Baptisan adalah tanda dan meterai yang mengingatkan kita akan keselamatan yang dikerjakan oleh KRISTUS dalam hidup kita.
Kalangan Kekristenan tertentu memandang bahwa baptis selam paling Alkitabiah sebab YESUS KRISTUS dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dengan cara diselamkan di sungai Yordan. Kelemahan pandangan ini adalah menganggap baptis selam dapat menyelamatkan manusia, padahal yang menyelamatkan manusia bukan cara-cara teknis, tetapi iman kepada KRISTUS yang menyelamatkan. Oleh karena itu bukan bentuk pelaksanaan teknis yang perlu dipersoalkan tetapi apakah kita telah mempersiapkan dengan penuh tanggungjawab orang yang akan dibaptis dalam pengenalan iman kepada TUHAN YESUS KRISTUS dan apakah dia juga beriman dengan sungguh-sungguh? Jikalau Anda merasa benar-benar beriman kepada KRISTUS dan Anda telah menerima tandanya dalam baptisan, tak usah ragu akan keselamatan Anda.
Saya kira kita mulai diskusi ini dengan memahami terlebih dahulu tentang makna baptisan. Memang benar, kata baptis berasal dari kata Yunani baptizo yang artinya membasahi atau menyelamkan ke dalam air, namun kata ini jangan hanya dipahami secara hurufiah. Arti kata baptizo mengingatkan kita tentang makna baptisan yaitu sebagai lambang atau tanda dari kehidupan lama (duniawi) yang dibenamkan/diselamkan ke dalam kematian Kristus, supaya kita dibangkitkan oleh Kristus sebagai ciptaan baru. Roma 6:4 mengatakan: “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan DIA oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti KRISTUS telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan BAPA, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Dalam makna tersebut maka orang percaya memiliki dua dimensi dalam kehidupannya yaitu kehidupan pribadi bersama KRISTUS yaitu pengalaman personal diselamatkan dan menerima kasih ALLAH dan kehidupan sebagai persekutuan jemaat; dalam hal ini orang yang dibaptis dihisabkan ke dalam tubuh KRISTUS, yaitu sebagai umat ALLAH. Dasar pijakan teologis sakramen baptis kudus jelas bukan ditentukan oleh pemilihan manusia tetapi ditentukan oleh kematian KRISTUS dan karya ALLAH yang menyelamatkan dan anugerah serta kasih karunia ALLAH yang cuma-cuma, bukan karena jasa dan amal manusia.
Perlu kembali saya tegaskan bahwa: yang menyelamatkan kita adalah KRISTUS, bukan teknik baptisan. Baptisan adalah tanda dan meterai yang mengingatkan kita akan keselamatan yang dikerjakan oleh KRISTUS dalam hidup kita.
Kalangan Kekristenan tertentu memandang bahwa baptis selam paling Alkitabiah sebab YESUS KRISTUS dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dengan cara diselamkan di sungai Yordan. Kelemahan pandangan ini adalah menganggap baptis selam dapat menyelamatkan manusia, padahal yang menyelamatkan manusia bukan cara-cara teknis, tetapi iman kepada KRISTUS yang menyelamatkan. Oleh karena itu bukan bentuk pelaksanaan teknis yang perlu dipersoalkan tetapi apakah kita telah mempersiapkan dengan penuh tanggungjawab orang yang akan dibaptis dalam pengenalan iman kepada TUHAN YESUS KRISTUS dan apakah dia juga beriman dengan sungguh-sungguh? Jikalau Anda merasa benar-benar beriman kepada KRISTUS dan Anda telah menerima tandanya dalam baptisan, tak usah ragu akan keselamatan Anda.
Peter :
Jadi saya tidak perlu dibaptis ulang dengan teknis selam ? ...
Jadi saya tidak perlu dibaptis ulang dengan teknis selam ? ...
Pendeta :
Ya, percik atau selam itu hanya soal teknik, maknanya sama. Baptis selam sebagai tambahan baptis percik tidak dapat diterima di GKI karena makna yang dikandung dalam baptisan jauh melebihi soal cara bagaimana baptisan dilakukan. GKI memang memakai baptisan air dengan percikan, tapi GKI juga menghargai baptis selam yang dilakukan oleh gereja lain.
Ya, percik atau selam itu hanya soal teknik, maknanya sama. Baptis selam sebagai tambahan baptis percik tidak dapat diterima di GKI karena makna yang dikandung dalam baptisan jauh melebihi soal cara bagaimana baptisan dilakukan. GKI memang memakai baptisan air dengan percikan, tapi GKI juga menghargai baptis selam yang dilakukan oleh gereja lain.
Peter :
Apakah itu berarti orang yang dibaptis selam di gereja lain dan ingin menjadi anggota GKI, maka dia tidak perlu dibaptis ulang ? ...
Apakah itu berarti orang yang dibaptis selam di gereja lain dan ingin menjadi anggota GKI, maka dia tidak perlu dibaptis ulang ? ...
Pendeta :
Benar, GKI tidak akan melakukan baptisan ulang jika baptisan yang diterima sebelumnya dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebaliknya, baptisan ulang sebagai pengukuhan baru pada baptisan yang telah diterima sebelumnya tidak dapat diterima oleh GKI karena dengan baptisan ulang maka tanda meterai suci yang sebelumnya menjadi tidak berarti apa-apa.
Benar, GKI tidak akan melakukan baptisan ulang jika baptisan yang diterima sebelumnya dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebaliknya, baptisan ulang sebagai pengukuhan baru pada baptisan yang telah diterima sebelumnya tidak dapat diterima oleh GKI karena dengan baptisan ulang maka tanda meterai suci yang sebelumnya menjadi tidak berarti apa-apa.
Peter :
Lalu apakah baptisan anak Alkitabiah? Sebab jikalau syarat orang dibaptis adalah benar-benar beriman kepada KRISTUS, mungkinkah anak-anak mampu beriman ? ...
Lalu apakah baptisan anak Alkitabiah? Sebab jikalau syarat orang dibaptis adalah benar-benar beriman kepada KRISTUS, mungkinkah anak-anak mampu beriman ? ...
Pendeta :
Sakramen Baptis juga merupakan ikatan perjanjian antara ALLAH dan manusia, karena itulah baptis anak tidak menjadi persoalan teologis. Alkitab beberapa kali menyebut (secara implisit) dilakukannya baptisan anak. Baptisan anak merupakan ajaran reformasi yang dipegang oleh GKI. Hal ini ditempuh berdasarkan keyakinan bahwa anak-anak dalam keluarga orang percaya terhisap dalam perjanjian ALLAH. Dalam iman Kristen diajarkan bahwa TUHAN ALLAH sendirilah yang berinisiatif terlebih dahulu dalam ikatan perjanjian. Di Perjanjian Lama, kita dapat melihat perjanjian ALLAH dilakukan dalam upacara sunat. Dalam Kejadian 21:4 dikisahkan bahwa Abraham menyunat Ishak, anaknya, ketika dia berumur delapan hari. Jadi ikatan perjanjian ALLAH dapat dilakukan kepada anak-anak sebelum dia menyadari. Orangtua bertanggungjawab penuh untuk membimbing anak-anak hidup dalam iman dan kasih serta pengharapan kepada ALLAH yang telah memilih dia dengan anugerah-Nya, sebelum dia memilih ALLAH. Oleh sebab itu penolakan terhadap baptisan anak dengan alasan anak-anak belum mengerti, tidak dapat dibenarkan oleh GKI. Pandangan seperti itu menahan hak anak untuk menerima meterai suci dari perjanjian ALLAh dan membedakan secara hakiki manusia ciptaan ALLAH. Baptisan merupakan pengukuhan yang dilakukan dalam tanggungjawab gereja (Kisah 11:18). Tindakan gereja adalah memelihara baptisan secara utuh dalam tanggungjawabnya secara berabad-abad, sebagai tanda dan meterai suci yang diterapkan TUHAN dan karena itu diberikan juga kepada anak-anak.
Sakramen Baptis juga merupakan ikatan perjanjian antara ALLAH dan manusia, karena itulah baptis anak tidak menjadi persoalan teologis. Alkitab beberapa kali menyebut (secara implisit) dilakukannya baptisan anak. Baptisan anak merupakan ajaran reformasi yang dipegang oleh GKI. Hal ini ditempuh berdasarkan keyakinan bahwa anak-anak dalam keluarga orang percaya terhisap dalam perjanjian ALLAH. Dalam iman Kristen diajarkan bahwa TUHAN ALLAH sendirilah yang berinisiatif terlebih dahulu dalam ikatan perjanjian. Di Perjanjian Lama, kita dapat melihat perjanjian ALLAH dilakukan dalam upacara sunat. Dalam Kejadian 21:4 dikisahkan bahwa Abraham menyunat Ishak, anaknya, ketika dia berumur delapan hari. Jadi ikatan perjanjian ALLAH dapat dilakukan kepada anak-anak sebelum dia menyadari. Orangtua bertanggungjawab penuh untuk membimbing anak-anak hidup dalam iman dan kasih serta pengharapan kepada ALLAH yang telah memilih dia dengan anugerah-Nya, sebelum dia memilih ALLAH. Oleh sebab itu penolakan terhadap baptisan anak dengan alasan anak-anak belum mengerti, tidak dapat dibenarkan oleh GKI. Pandangan seperti itu menahan hak anak untuk menerima meterai suci dari perjanjian ALLAh dan membedakan secara hakiki manusia ciptaan ALLAH. Baptisan merupakan pengukuhan yang dilakukan dalam tanggungjawab gereja (Kisah 11:18). Tindakan gereja adalah memelihara baptisan secara utuh dalam tanggungjawabnya secara berabad-abad, sebagai tanda dan meterai suci yang diterapkan TUHAN dan karena itu diberikan juga kepada anak-anak.
Peter :
Jadi, baptisan dapat kita sejajarkan dengan sunat ? ...
Jadi, baptisan dapat kita sejajarkan dengan sunat ? ...
Pendeta:
Ya, kedudukan baptisan dalam gereja sejajar dengan sunat, malahan lebih mendalam, yaitu sebagai tanda perjanjian anugerah ALLAH. Dalam pengertian ini, ingatlah bahwa sunat adalah tanda perjanjian ALLAH dan manusia ( Kejadian 17:10), dan baptisan adalah sunat hati yang lebih mendalam dan lengkap ( Kolose 2:11: penanggalan tubuh yang berdosa)
Ya, kedudukan baptisan dalam gereja sejajar dengan sunat, malahan lebih mendalam, yaitu sebagai tanda perjanjian anugerah ALLAH. Dalam pengertian ini, ingatlah bahwa sunat adalah tanda perjanjian ALLAH dan manusia ( Kejadian 17:10), dan baptisan adalah sunat hati yang lebih mendalam dan lengkap ( Kolose 2:11: penanggalan tubuh yang berdosa)
Peter :
Apakah baptisan harus selalu dilakukan oleh gereja ? Mungkinkah seseorang secara pribadi membaptis orang lain yang bertobat ? ...
Apakah baptisan harus selalu dilakukan oleh gereja ? Mungkinkah seseorang secara pribadi membaptis orang lain yang bertobat ? ...
Pendeta :
Baptisan yang dilakukan pribadi atau pun kelompok yang bukan gereja tidak dapat dibenarkan oleh GKI, karena baptisan merupakan sakramen yang dipercayakan TUHAN dalam tanggungjawab gereja.
Baptisan yang dilakukan pribadi atau pun kelompok yang bukan gereja tidak dapat dibenarkan oleh GKI, karena baptisan merupakan sakramen yang dipercayakan TUHAN dalam tanggungjawab gereja.
Peter :
Saya mendengar teman-teman saya membicarakan tentang baptisan Roh. Apakah baptisan Roh berbeda dengan baptisan air ? ...
Saya mendengar teman-teman saya membicarakan tentang baptisan Roh. Apakah baptisan Roh berbeda dengan baptisan air ? ...
Pendeta :
Dalam gereja perdana yang disaksikan dalam Perjanjian Baru, mengesankan adanya pemahaman terhadap dua macam baptisan yaitu baptisan air dan baptisan Roh sebagai dua hal yang terpisah. Ada yang mula-mula baptisan air lalu menerima baptisan Roh ( Markus 1:8, Lukas 3:16; Kisah 8:16-17). Ada pula yang mula-mula baptisan Roh, lalu menerima baptisan air ( Kisah 10:44-47). Tindakan gereja perdana ini menunjukkan belum adanya ketertiban dalam baptisan yang satu dan utuh.
Dalam perkembangan selanjutnya, Perjanjian Baru sendiri menyatakan adanya ketetapan yang utuh dan satu mengenai baptisan ( Efesus 4:5; I Korintus 12:13) karena hal itu disesuaikan dengan baptisan YESUS
( Lukas 3:21-22) serta baptisan Paulus ( Kisah 9:17-18). Tindakan gereja perdana yang lebih kemudian ini menunjukkan ditetapkannya satu baptisan secara utuh, sesuai dengan amanat YESUS (Matius 28:18-20). Jadi baptisan Roh sebagai tambahan pada baptisan air tidak dapat diterima oleh GKI, karena itu menunjukkan bahwa kita kurang mengakui kelengkapan anugerah yang diberikan KRISTUS pada orang-orang percaya, atau dengan kata lain, praktek baptisan Roh adalah manifestasi dari pandangan yang beranggapan bahwa anugerah KRISTUS tidak sempurna.
Dalam gereja perdana yang disaksikan dalam Perjanjian Baru, mengesankan adanya pemahaman terhadap dua macam baptisan yaitu baptisan air dan baptisan Roh sebagai dua hal yang terpisah. Ada yang mula-mula baptisan air lalu menerima baptisan Roh ( Markus 1:8, Lukas 3:16; Kisah 8:16-17). Ada pula yang mula-mula baptisan Roh, lalu menerima baptisan air ( Kisah 10:44-47). Tindakan gereja perdana ini menunjukkan belum adanya ketertiban dalam baptisan yang satu dan utuh.
Dalam perkembangan selanjutnya, Perjanjian Baru sendiri menyatakan adanya ketetapan yang utuh dan satu mengenai baptisan ( Efesus 4:5; I Korintus 12:13) karena hal itu disesuaikan dengan baptisan YESUS
( Lukas 3:21-22) serta baptisan Paulus ( Kisah 9:17-18). Tindakan gereja perdana yang lebih kemudian ini menunjukkan ditetapkannya satu baptisan secara utuh, sesuai dengan amanat YESUS (Matius 28:18-20). Jadi baptisan Roh sebagai tambahan pada baptisan air tidak dapat diterima oleh GKI, karena itu menunjukkan bahwa kita kurang mengakui kelengkapan anugerah yang diberikan KRISTUS pada orang-orang percaya, atau dengan kata lain, praktek baptisan Roh adalah manifestasi dari pandangan yang beranggapan bahwa anugerah KRISTUS tidak sempurna.
Peter :
Wah, saya baru tahu ternyata ada perbedaan-perbedaan tajam dalam ajaran tentang Baptisan. Mengapa muncul perbedaan-perbedaan yang tajam dalam ajaran tentang baptisan ? ...
Wah, saya baru tahu ternyata ada perbedaan-perbedaan tajam dalam ajaran tentang Baptisan. Mengapa muncul perbedaan-perbedaan yang tajam dalam ajaran tentang baptisan ? ...
Pendeta :
Pada umumnya praktek baptisan Roh, baptisan ulang, baptisan selam dan baptisan di luar gereja, bertolak dari kekecewaan bahwa banyak anggota jemaat yang telah dibaptiskan kurang menunjukkan bukti kehidupan baru dalam YESUS KRISTUS. Sebenarnya hal demikian tidak dapat diperbaiki dengan meragukan dan membongkar tanda suci yang diterimanya atau menguatkan baptisan sebelumnya dengan baptisan baru, melainkan dengan usaha agar anggota-anggota demikian hidup dalam persekutuan dengan TUHAN, meningkatkan penghayatan akan Firman ALLAH, serta usaha pendidikan dan pembinaan lainnya.
Dengan demikian gereja dipanggil untuk melengkapi anggota-anggotanya untuk mengisi kehidupan barunya dalam YESUS KRISTUS dan dalam persekutuan gereja sehingga seluruh dan setiap anggota jemaat mampu menyatakan persekutuan, pelayanan dan kesaksian imannya. Bahwa terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pelayanan gereja, hal itu tidak disempurnakan oleh manusia dalam kelompok mana pun di luar gereja, namun akan disempurnakan oleh TUHAN YESUS KRISTUS, Sang Kepala Gereja yang selalu memelihara gereja-Nya.
Pada umumnya praktek baptisan Roh, baptisan ulang, baptisan selam dan baptisan di luar gereja, bertolak dari kekecewaan bahwa banyak anggota jemaat yang telah dibaptiskan kurang menunjukkan bukti kehidupan baru dalam YESUS KRISTUS. Sebenarnya hal demikian tidak dapat diperbaiki dengan meragukan dan membongkar tanda suci yang diterimanya atau menguatkan baptisan sebelumnya dengan baptisan baru, melainkan dengan usaha agar anggota-anggota demikian hidup dalam persekutuan dengan TUHAN, meningkatkan penghayatan akan Firman ALLAH, serta usaha pendidikan dan pembinaan lainnya.
Dengan demikian gereja dipanggil untuk melengkapi anggota-anggotanya untuk mengisi kehidupan barunya dalam YESUS KRISTUS dan dalam persekutuan gereja sehingga seluruh dan setiap anggota jemaat mampu menyatakan persekutuan, pelayanan dan kesaksian imannya. Bahwa terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pelayanan gereja, hal itu tidak disempurnakan oleh manusia dalam kelompok mana pun di luar gereja, namun akan disempurnakan oleh TUHAN YESUS KRISTUS, Sang Kepala Gereja yang selalu memelihara gereja-Nya.
Peter :
Ya, sekarang saya tak perlu ragu lagi dengan baptisan yang sudah saya terima, dan tak perlu bingung mengetahui perbedaaan-perbedaan dalam ajaran tentang baptisan. Saat ini sebaiknya saya memikirkan apakah yang akan saya lakukan agar kehidupan baru saya di dalam KRISTUS menampakkan buah-buah yang menjadi berkat bagi orang lain.
Ya, sekarang saya tak perlu ragu lagi dengan baptisan yang sudah saya terima, dan tak perlu bingung mengetahui perbedaaan-perbedaan dalam ajaran tentang baptisan. Saat ini sebaiknya saya memikirkan apakah yang akan saya lakukan agar kehidupan baru saya di dalam KRISTUS menampakkan buah-buah yang menjadi berkat bagi orang lain.
Pendeta :
Itu kesimpulan yang bagus. Kalau begitu, selamat hidup baru dalam KRISTUS ! ...
Itu kesimpulan yang bagus. Kalau begitu, selamat hidup baru dalam KRISTUS ! ...
Sumber :
• Y Bambang Mulyono, TUHAN, Ajarlah Aku – Pegangan Iman Kristen, BPMS GKI Jatim, 1993.
• Pegangan Ajaran Mengenai Baptisan Kudus, dalam Tata Gereja GKI.
• Y Bambang Mulyono, TUHAN, Ajarlah Aku – Pegangan Iman Kristen, BPMS GKI Jatim, 1993.
• Pegangan Ajaran Mengenai Baptisan Kudus, dalam Tata Gereja GKI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar