Persembahan itu bukti dari kasih
akan Allah dan sesama
II Kor 8:16-24
Sebagai tema khotbah kita diambil dari himbauan Paulus yang tertulis pada ayat yang ke 24 Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu dan bukti kemegahanku atas kamu.
Tunjukkanlah bukti kasihmu (= berikanlah uang persembahanmu) dihadapan jemaat bukan berarti memberikan uamg persembahan dihadapan orang banyak agar dia diketahui sebagai seorang yang baik.
Tetapi memberikan kolekte persembahan apapun namanya semata mata hanya bagi kemuliaan Allah dan dapat dipakai untuk menunjukkan kasih, keadilan dan damai sejahtera kedalam kehidupan orang (khususnya saudara seiman) yang menderita kekurangan
Kalaulah seandainya saat ini pada kita terjadi seperti bacaan kita tadi bagaimana kita memahaminya dan menindaklanjutinya. Untuk lebih memahami tentang membuktikan kasih itu saya memberikan tiga pertanyaan yaitu :
A. Mengapa orang percaya menunjukkan bukti kasih (=memberikan uang persembahan) ?
Hampir dalam setiap pertemuan ibadah atau kebaktian kita mengumpulkan uang persembahan, bahkan anak-anak Sekolah Minggu dan Remaja / Pemuda kita yang jelas-jelas belum berpenghasilan sudah kita ajarkan untuk memberi persembahan. Ada bermacam-macam nama kita berikan kepada persembahan atau pengumpulan uang untuk umat Tuhan ini :
1. kolekte yang dikumpulkan dalam setiap ibadah;
2. persembahan syukur: persembahan tetap bulanan (PTB), partisipasi dana pembangunan (PDP), perayaan natal, paskah, persembahan akhir /awal tahun, ulang tahun gereja, persembahan syukur kepada pelayan firman;
3. bantuan : diakonia, dana duka, bantuan bagi bencana alam, bantuan bagi pendeta (dana pensiun, sakit), bantuan untuk membangun bagi gereja lain yang kesulitan dana.
Dan jika kita jujur gereja kita bisa beraktivitas dan hidup dari dan karena uang kolekte dan uang persembahan syukur itu, begitu juga petugas-petugas yang sepenuhnya mengabdikan hidupnya untuk melayani gereja.
Tetapi konteks bacaan Alkitab kita tadi yakni bantuan kepada para kudus yang menderita kelaparan di Yerusalem kelihatannya lebih sesuai dangan point ke 3. bantuan, yakni pengumpulan uang untuk membiayai orang yang berkesusahan baik didalam lingkungan sendiri maupun yang lain.
Namun apakah sesungguhnya makna uang persembahan itu? Apakah makna teologis uang persembahan ? ...
Mengapa setiap kali bertemu dalam rangka gereja atau ibadah kita harus mengumpulkan uang persembahan ? ...
Karena Tuhanlah Pemilik Kehidupanmu ‘persembahkanlah dirimu seutuhnya’..
Pemilik seluruh kehidupan ini, bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan (I Kor 10:26), itu artinya Tuhan sama sekali tidak tergantung kepada sokongan, bantuan apalagi belas kasihan kita untuk melakukan aktivitasNya. Bahkan Tuhanlah yang sesungguhnya yang empunya diri kita dan segala apa yang ada pada kita. Tubuh, jiwa dan roh, serta harta milik kita pada hakikatnya adalah milik Tuhan.
Sebagaimana dikatakan oleh Rasul Petrus “kita sudah ditebus oleh Allah dengan darah yang Kristus kudus dan mahal itu” (I Pet 1:18-19), dan kata Paulus sebab itu kita telah menjadi milik Kristus dan milik Allah (I Kor 3:23, I Kor 6:9. Ef 1:4) . Jika memang segala sesuatu yang ada dalam diri kita dan yang ada pada kita milik Allah, maka doa persembahan kita seyogianya mengatakan: “siapakah aku ini, ya Tuhan sehingga pantas memberi kepadaMu? Apakah yang ada padaku yang tidak berasal dari Engkau ? ... Tubuh, jiwa dan rohku dan harta milikku sesungguhnya adalah pemberianMu. Aku adalah milikMu”
Rasul Paulus menyatakan agar kita mempersembahkan tubuh kita (baca: diri seutuhnya) kepada Allah. (Roma 12:1). “Serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk dipergunakan sebagai senjata-senjata kebenaran” (Roma 6:13b).
B. Bagaimana cara menentukan besarnya uang persembahan ? ...
1. Nilai persembahan ditentukan motivasi dalam memberi.
Yesus sangat menekankan motivasi dalam memberi persembahan. Bagi Yesus bukan jumlah nominalnya namun motivasi yang menggerakkan seseorang memberi persembahan itulah yang terpenting dan menentukan nilai persembahan itu (Matius 6:1-4). Sebab itu Yesus menganjurkan memberi persembahan secara tersembunyi untuk menguji kesungguhan dan ketulusan hati orang yang memberi. Orang yang memberikan persembahan untuk mendapatkan pujian dari sesama manusia sudah mendapatkan upahnya (dari manusia) dan karena itu tidak mendapatkan upah lagi dari Allah Bapa yang di sorga.
Pada umumnya, ketika memberi berbagai macam persembahan (kolekte, ucapan syukur, bantuan), banyak motivasi yang salah muncul dalam pikiran kita..
Kemungkinan pertama, persembahan dilakukan secara terpaksa karena perasaan sungkan atau malu dianggap sebagai orang pelit. Padahal Alkitab mengajarkan bahwa pemberian hendaknya dilakukan dengan sukacita dan kerelaan.
Kemungkinan kedua, persembahan dilakukan untuk buang sial. Kadang, motivasi seperti ini justru dimanfaatkan oleh denominasi tertentu supaya jemaat merasa takut bila tidak memberikan persembahan, atau dengan menuduh mencuri uang Tuhan agar memberi yang banyak dll.. Dengan demikian, persembahan menjadi ‘amplop’ buat Tuhan agar tidak marah dan selalu bersikap baik. Padahal, Tuhan tidaklah miskin hingga membutuhkan sumbangan anak-anak Nya.
Kemungkinan ketiga, persembahan dimotivasi oleh sistem pancing. Jikalau Minggu ini memberi persembahan sebesar Rp. 10.000,- maka sebagai balasannya akan diperoleh berkat sebesar Rp. 100.000,-.akan dibalas Tuhan berganda ganda atau bahkan 100 kalinya Motivasi ini dapat digambarkan dengan ilustrasi ‘Umpan teri dipakai untuk memancing ikan kakap’. Semakin besar umpannya maka hasilnya juga makin banyak.
Alkitab memang mengajarkan bahwa memberi persembahan merupakan suatu kesempatan. Ironisnya, kesempatan itu seringkali disalahgunakan “menjadi format business jual beli dengan Tuhan”. Konsep materialisme dunia semacam ini dapat mempengaruhi kita mewarnai hampir semua orang dalam beribadah dan memberi persembahan.
Tiga motivasi di atas adalah yang terbanyak dilakukan oleh orang beriman tapi sebenarnya keliru dan harus dikoreksi.
2. Besar persembahan tergantung prosentase berkat
Besar persembahan itu harus juga diukur dengan membanding kannya dengan berkat Tuhan yang sudah diterima orang itu. Berapa bagiankah berkat Tuhan yang dikembalikan orang itu sebagai persembahan. Persembahan janda miskin dalam Lukas 21:1-4 dianggap lebih besar daripada persembahan orang-orang kaya bukan karena nominalnya memang lebih besar, namun karena persentasenya lebih besar (dibandingkan dengan berkat/ materi yang diterima orang kaya). Yang mendapat banyak (dari Tuhan) wajar jika memberikan lebih banyak (“kepada Tuhan”). Orang yang mendapat berkat Tuhan berlimpah harus memikul beban persembahan lebih banyak supaya ada keseimbangan dan keadilan. (lihat II Kor 8:13-15)
C. Apa Makna Persembahan ? ...
1. Tanda Syukur dan Terima Kasih.
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima (banyak) dari Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur atau ucapan terimakasih. Sebab itu kita memberikannya dengan penuh sukacita dan ikhlas. Oleh karena itu persembahan adalah respons atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya.
Persembahan adalah respons karena berkat Allah dan bukan syarat supaya mendapatkan berkat Allah. Persembahan bukanlah situmulans untuk merangsang kebajikan Allah namun reaksi atas kebajikan Allah. Persembahan bukanlah upeti yang dituntut Allah namun ucapan syukur manusia yang menerima berlimpah berkat. “Persembahkanlah syukur kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi” (Mazmur 50:14)
2. Tanda Kasih dan Kemurahan Hati.
Yesus Kristus sudah memberikan diriNya kepada kita, menderita dan berkorban bagi kita. Sebab itu kita juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesama kita. Sebagaimana Kristus rela memecah-mecah tubuh dan mencurahkan darahNya untuk umat yang dikasihiNya, kita juga mau memecah-mecah roti dan berkat kehidupan untuk sesama. Ketika memberi persembahan kita sekaligus mau mengingatkan diri kita dan membaharui komitmen/ janji kita untuk selalu memberi, berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus. (I Yoh 3:16-18).
3. Tanda Iman atau Kepercayaan
Kita percaya bahwa Tuhan mencukupkan kebutuhan kita dan menjamin masa depan kita. Sebab itu kita tidak perlu kuatir atau kikir. Dengan memberi persembahan kita mau mengatakan kepada diri kita bahwa kita tidak takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Persembahan adalah tanda iman kita kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Sebab itu kita memberi persembahan tidak hanya di masa kelimpahan tetapi juga di masa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun juga saat miskin. (Lih. Flp 4:17-19, II Kor 9:8).
Penutup :
1. Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Semua anggota tubuh kita milik Tuhan dan kita pakai untuk kemuliaan Tuhan, semua harta yang kita miliki milik Tuhan, sebab itu kita harus mempergunakannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebagian dari apa yang ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda pengakuan bahwa pada hakikatnya diri dan harta yang ada pada kita adalah milik Tuhan.
Tradisi Israel kuno menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah disebut persepuluhan. Pada awalnya berbentuk natura kemudian dapat digantikan dengan uang. Sebenarnya bukan jumlah pemberian sepuluh persen itu yang pokok, seperti dikatakan di atas.
2. Jumlah yang kita potong dan beri itu bisa saja kurang atau bahkan lebih dari sepuluh persen. Namun harus “terasa sakit = atau ada pengaruhnya” bagi yang memberi tersebut. Memberi persembahan secara benar ibarat “memotong” dan “memberi” bagian tubuh atau hidup sendiri untuk dipakai orang lain. (Mal 3:10).
Tentang besar persembahan, ada dulu saya baca buku diperpustakaan kita, kata penulis itu jika saya persembahkan totalnya satu bulan misalnya 100.000,- rupiah tidak ada terasa pengaruhnya dalam keuangan saya, maka sudah selayaknya saya tambah, saya persembahkan sampai ada terasa pengaruhnya dalam keuangan saya.
Titus berhasil baik mengorganisasikan pengumpulan bantuan yang merupakan bukti kasih jemaat Korintus, dia mampu menghadapi tantangan yang tak henti hentinya 2 Kor 11:5
Bagaimana dengan kita sebagai jemaat Gmit LAHAIROI Tuaksabu Lasiana Barat, seberapa yang dapat kita berikan untuk menyatakan bukti kasih kita kepada Yesus ? ...
Tuhan memampukan kita, Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar