Walaupun berlokasi di jantung Kota Roma, Vatikan merupakan sebuah negara tersendiri. Vatikan memiliki kewarganegaraan bagi penduduknya, mempunyai korps diplomatik, dan sistem keamanan sendiri.
Kendati Paus adalah pemimpin negara kota
ini, pekerjaan keseharian Vatikan dipercayakan kepada sejumlah badan negara
serta individu, yang menjaga hubungan Vatikan dengan dunia luar dan
menghasilkan keputusan-keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan 1,2 miliar
umat Katolik seluruh dunia. Adminstrasi Vatikan juga bergantung pada pekerja
awam yang menjaga negara kecil ini berjalan. Para pekerja awam itu menjalankan
berbagai tugas, di antaranya pemeliharaan bangunan, serta tugas-tugas lainnya.
Kehidupan awam di Vatikan jarang terlihat
dunia. Namun, di luar upacara untuk publik, di balik kekayaan harta dan karya
seni tak ternilai harganya, kehidupan negara kota ini berjalan seperti kota
biasa. Para pekerja Vatikan bekerja tak henti-hentinya membersihkan dan
memelihara gedung-gedung, merawat taman-taman, dan menjalankan program
restorasi. Makanan disiapkan di kantin para staf, dan pakaian dicuci serta
disiapkan untuk upacara Paus. Pada akhir tiap hari kerja, para pekerja
berbelanja, memasak, bermain, dan beristirahat.
Sangat sedikit orang yang tahu bagaimana
bekerja dan hidup di Vatikan. Bagi kebanyakan orang yang berkunjung ke sana,
Vatikan adalah tempat yang menakjubkan, dan bahkan menggetarkan. Tapi, bagi
mereka yang tinggal dan bekerja di Vatikan, terdapat perasaan kebersamaan.
Sebagian menjuluki Vatikan sebagai sebuah
“kampung”, bahkan memang terdapat semacam gaya informal pada cara seorang Garda
Swiss menghormati seorang klerus yang lewat, atau santainya seorang ibu rumah
tangga membawa sekeranjang belanjaan yang dibeli di Anonna, supermarket di
Vatikan. Para suster saling memberi salam ketika berpapasan, para kardinal
berdiri di lapangan serius berdiskusi, dan seorang seminaris bersepeda ke
kantor pos. Dari waktu ke waktu, serombongan mobil yang membawa para pejabat
tinggi dan tamu, bergerak beriringan melewati gerbang Santa Anna menuju Istana
Apostolik di belakang Basilika Santo Petrus, tempat Paus menunggu untuk
menyambut mereka.
Sekitar 800 orang bekerja di Vatikan,
dengan 450 orang di antaranya memiliki kewarganegaraan Vatikan. Seseorang
dinugerahi kewarganegaraan Vatikan oleh kantor tempat ia bekerja. Tapi, status
kewarganegaraannya dicabut setelah ia keluar atau pensiun. Agar lebih aman,
kebanyakan warga negara Vatikan memiliki kewarganegaraan ganda, Vatikan dan
negara ia berasal.
Mereka yang mengunjungi Vatikan untuk
keperluaan resmi harus diperiksa secara ketat demi keamanan. Hal ini dilakukan
untuk melindungi Vatikan dan warganya. Bagi semua orang yang bekerja dan hidup
di Vatikan, terdapat perasaan loyalitas dan mengabdi kepada orang yang ditunjuk
menjadi Paus, sang pengganti Santo Petrus.
Impor
gas, listrik, dan air
Melihat kecilnya ukuran Vatikan apabila
dibandingkan dengan Kota Roma, maka tak heran apabila Vatikan sangat tergantung
pada kebaikan hati pemerintah Italia. Listrik, air, gas, dan keperluan lain
harus diimpor, seperti halnya semua makanan, bahan bangunan, mesin, dan
barang-barang-barang lain yang diperlukan untuk menjalankan suatu negara kota.
Lokasi Vatikan yang terletak di jantung Kota Roma membuat semuanya harus
melalui Roma untuk sampai ke Vatikan. Untungnya, hampir semua barang-barang
berat dapat dikirim melalui kereta api via sebuah jalur kereta api yang
menghubungkan keduanya.
Bangunan-bangunan bersejarah dan
lapangan-lapangan luas di dalam tembok Vatikan membutuhkan perhatian dan
perawatan yang terus menerus. Sebuah tim yang terdiri dari para pembangun dan
perestorasi bekerja tanpa lelah untuk memperbaiki dan merawat bangunan-bangunan
itu. Dalam pada itu, taman-taman dirawat oleh sebuah tim spesialis yang terdiri
dari para ahli tanaman dan tukang kebun. ***
Oleh Jan Nabut – Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar